Mengenal Sosok Robert Francis Prevost Paus Pertama Asal Amerika,Reaksi Trump hingga Pakai Nama Leo

Daftar Isi

Mengetahui tokoh Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat yang dipilih sebagai Paus dalam voting di konklav Jumat (9/5/2025) petang waktu Vatikan.

Robert Francis Prevost terpilih sebagai paus ke-267 untuk meneruskan posisi Paus Fransiskus setelah beliau meninggal dunia pada tanggal 21 April.

Robert Francis Prevost dipilih usai melalui tiga ronde pemilihan dalam Konklaf yang diselenggarakan di Kapel Sistina, Vatikan mulai Rabu (7/5/2025).

Prevost asal Amerika Serikat berusia 69 tahun itu terpilih dalam Konklaf yang diikuti para kardinal dari seluruh dunia berjumlah 133 kardinal elektor.

Umum Katolik yang mengharapkan hasil konsili pengangkatan paus baru di Vatikan pun bereaksi dengan sorakan senang saat terlihat asap putih muncul dari atap Kapel Sistina.

Lonceng pun berkumrang, menyertai harapan yang ditunggu-tunggu oleh umat Katolik dari konklaf tersebut.

Siaran langsung oleh Vatican Media menggambarkan jemaah Katolik dari berbagai negeri yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus sambil bertepuk tangan gembira.

Tepukan tangan gemurah menyertai kegembiraan mereka, beberapa orang juga berkibar bendera negerinya sendiri, misalnya untuk Italia, Argentina, Monako, Kanada, Irlandia, serta berbagai negara lainnya.

Trump Senang, Mengucapkan Selamat untuk Paus Pertama dari Amerika Serikat

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2025 mengucapkan selamat kepada Robert Francis Prevost, yang telah terpilih menjadi Paus Leo XIV, atas penunjukannya sebagai kepala Gereja Katolik di seluruh dunia.

"Selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost, yang baru saja diangkat menjadi Paus. Merupakan suatu kehormatan untuk menyadari bahwa ia adalah Paus Amerika pertama. Sungguh menggembirakan, dan merupakan Kehormatan Besar bagi Negara kita," kata Trump di jejaring sosial Truth Social miliknya.

"Saya berharap dapat bertemu dengan Paus Leo XIV. Ini akan menjadi momen yang sangat berarti!" lanjutnya, dikutip dari kantor berita AFP.

Prevost yang berusia 69 tahun terpilih sebagai paus setelah konklaf putaran ketiga pada Kamis (8/5/2025).

Dia memakai nama Paus Leo XIV, yang dipilih untuk melambangkan arah kepemimpinan gereja selama dia menjabat.

Dalam peristiwa penting ini, khalayak Katolik yang merapat ke Plaza Santo Petrus menyambut puncaknya dengan teriakan gembira saat Paus Leo XIV muncul di Balkon Basilika Santo Petrus untuk pertama kalinya.

Profiling Paus Leo XIV Robert Prevost, Tokoh Amerika yang Lembut dalam Berbicara

Robert Francis Prevost dilahirkan di Chicago pada tanggal 14 September 1955.

Sekarang ini, Prevost terkenal karena perannya sebagai misionaris di Peru, tempat dia mengembangkan pengetahuan luas tentang kondisi sosial serta spiritual diluar lingkup Roma.

Meskipun demikian, pengalaman tersebut tidak hanya membentuk dirinya sebagai misionaris, tetapi juga memberinya pengetahuan tajam mengenai cara kerja internal Gereja Katolik.

AFP mengabarkan bahwa keyakinan Paus Fransiskus pada Prevost sungguh-sungguh nampak dengan jelas.

Sebagai warga asli Chicago, Prevost diharapkan untuk mengarahkan Departemen Uskup yang memiliki peranan signifikan dalam memberikan saran kepada paus tentang penunjukan uskup baru.

Tugas ini menunjukkan seberapa besar kepercayaan yang dimiliki Fransiskus terhadapnya, mengingat Departemen Uskup merupakan salah satu yang memiliki pengaruh besar di Vatikan.

Paus Fransiskus sendiri menyebut Prevost sebagai figur yang memiliki komitmen mendalam terhadap pekerjaan misionaris, terutama di wilayah "pinggiran", yakni daerah yang jarang diperhatikan dan jauh dari Roma.

Dikenal sebagai pembina hubungan, Prevost juga terkenal sebagai seorang moderat yang dapat menghubungkan berbagai kelompok di dalam Kuria, yaitu tempat para pemimpin utama gereja bertemu.

Prevost, yang menjabat sebagai Uskup Agung Emeritus dari Chiclayo, Peru, mulai tahun 2023, telah ditunjuk sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus pada periode yang sama usai dilantik sebagai kepala salah satu departemen penting di Vatikan.

Jalur karir ini memungkinkan dia untuk bertemu dengan para pemimpin penting di gereja serta memberikan kesempatan bagi dirinya untuk memiliki peranan yang lebih signifikan dalam merumuskan masa depan Kekatolikan.

Setelah menuntaskan studinya dalam bidang teologi dan hukum kanon, Prevost memulai tugas misionernya yang pertama ke Peru pada tahun 1985 sebagai bagian dari Ordo St Augustine.

Dia menetap di negeri itu hampir sepuluh tahun lamanya sebelum akhirnya pulang ke Chicago pada tahun 1999. Di sana, dia menduduki jabatan sebagai prior provinsi untuk wilayah Midwest Amerika Serikat. Tak hanya itu, belakangan ini pula perannya berkembang menjadi superior general bagi Ordos Kanon Regular Santo Agustinus di tingkat global.

Pada 2014, Paus Fransiskus memanggilnya kembali ke Peru, kali ini sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo.

Penunjukan tersebut terjadi usai Kardinal dari Kanada, Marc Ouellet, mengajukan pengunduran diri. Dia pernah menjadi pimpinan keuskупpan dan mundur akibat adanya dugaan pelecehan seksual melawannya.

Meskipun begitu, Vatikan pada akhirnya menghentikan tuntutan terhadap Ouellet lantaran kekurangan bukti.

Prevost kemudian diangkat secara resmi sebagai kepala keuskupan tersebut pada 2023, menandai puncak dari perjalanan kariernya di Gereja Katolik.

Selain itu, Prevost juga dikenal sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, posisi yang semakin menguatkan perannya sebagai figur penting dalam Gereja Katolik global.

Pidato Perdana Paus Leo XIV yang Dihargai oleh Paus Fransiskus

Robert Francis Prevost menyampaikan pidato perdananya sebagai Paus Leo XIV saat memperkenalkan diri kepada jemaah Katolik di Balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan pada hari Kamis (8/5/2025).

Prevost terpilih sebagai paus ke-267 usai melalui tiga ronde konklaf, serta menjadi ketua Gereja Katolik global pertama yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Berikut ini merupakan teks pidato perdana Paus Leo XIV sebagaimana dilaporkan oleh Vatican News.

Damai menyertai kalian semua!

Kepada saudara-saudariku yang tersayang, inilah ucapan perdana dari kebangkitan Kristus—Dia yang bersedia mengorbankan jiwaNya untuk umat Tuhan. Aku juga berharap pesan keselamatan ini dapat merasuki jiwamu, mencakup keluargamu, setiap orang di manapun mereka berada, serta seluruh bangsa di pelosok bumi: Semoga kedamaian senantiasa menyertaimu!

Inilah damai dari Kristus yang bangkit—damai yang rendah hati, dan yang terpelihara. Damai ini berasal dari Allah, Allah yang mengasihi kita semua tanpa syarat dan tanpa batas. Mari kita simpan baik-baik suara Paus Fransiskus dalam benak kita—lemah lembut, tetapi selalu penuh keberanian—saat ia memberkati Roma dan dunia di pagi hari Paskah itu.

Izinkan saya meneruskan berkat itu. Allah mengasihi kita semua. Kejahatan tidak akan menang. Kita semua ada dalam genggaman tangan-Nya. Tanpa rasa takut, kita melangkah maju bersama—bergandengan tangan dengan Allah dan sesama. Kita adalah murid-murid Kristus. Kristus berjalan di depan kita. Dunia membutuhkan terang-Nya. Umat manusia merindukan kehadiran-Nya sebagai jembatan menuju Allah dan kasih-Nya.

Kami diundang untuk turut serta merancang jembatan dengan cara berdiskusi dan bertemu, sehingga setiap individu dapat bersatu padu, menjalani kehidupan yang penuh kedamaian.

Terima kasih, Paus Fransiskus!

Berterimakasih pula pada para kardinal yang sudah menyerahkan amanah ini kepada saya selaku Pengganti Santo Petrus, supaya bisa menjalani misi ini bersama-sama dengan kalian semua di dalam satu tubuh jemaat yang solid. Kami akan terus mengupayakan perdamaian serta keadilan, melaksanaikan pekerjaan kami secarabersama-sama sebagai lelaki dan wanita yang taat kepada Tuhan Yesus, tidak gentar, menyebarkan pesan Injil, dan menjadi pembawa kabar gembira bagi dunia.

Aku merupakan anak dari Santo Agustinus, seorang biarawan Augustinian. Dia pernah menyampaikan, “Dengan kamu, saya adalah seorang Kristen; untuk kamu, saya menjadi seorang imam.” Mari kita berjalan bersama ke arah negeri abadi yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi kita semuanya.

Bagi Gereja di Roma, pesan khusus dari saya:

Kami harus berkolaborasi dalam menemukan cara agar dapat menjadi gereja yang misi-oriented — satu yang mengembangkan ikatan, merintis area untuk diskusi, serta senantiasa siap menyongsong setiap orang dengan tangan terbuka. Selayaknya tempat ini, kami buka untuk semua kalangan, terbuka kepada siapa saja yang membutuhkan belas kasihan, kedekatan, percakapan, dan cinta daripada kami.

Mengapa Paus Baru Robert Francis Prevost Memilih Nama "Leo XIV"?

Kardinal dari Amerika Serikat, Robert Francis Prevost, secara resmi diumumkan menjadi Paus baru pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2025, dan ia memilih untuk menggunakan nama papal Leo XIV.

Memilih nama tersebut buukan hanya sebuah formalitas, tetapi memiliki arti yang mendalam dan dianggap sebagai indikasi awal tentang visi serta kebijakannya sebagaimana kepala pausnya.

Para pakar mengatakan bahwa pilihan nama oleh seorang paus mencerminkan sifat, jiwa, serta fokus utamanya selama menjabat.

Di dalam tradisi Gereja Katolik, meskipun tak ada ketentuan resmi mengenai penamaan Paus baru, namun biasanya nama itu dipilih sebagai bentuk penghargaan kepada seorang tokoh atau bahkan Paus sebelumnya yang sangat diidam-idamkan.

Diketahui, pilihan nama oleh Prevost mengacu pada dua figura utama dalam sejarah Gereja Katolik yaitu Paus Leo I (Leo Agung) dan Paus Leo XIII.

Paus Leo I, yang memimpin gereja di masa Abad Ke-5, terkenal atas beraniannya dalam mengatasi tekanan politik, seperti halnya saat dia berhasil meyakinkan Attila the Hun untuk tidak melakukan serangan ke kota Roma dengan cara bertemu langsung dengannya.

Dia pun diperhitungkan sebagai seorang pemikir terkemuka dan penjaga ajaran utama Gereja.

Pada saat yang sama, Paus Leo XIII, yang memegang jabatan dari tahun 1878 sampai 1903, dikenal sebagai penulis ensiklik Rerum Novarum; sebuah teks krusial mengenai keadilan sosial serta hak para pekerja selama era revolusi industri.

Ajaran ini kemudian menjadi dasar bagi pemikiran sosial Katolik modern.

Dari kisah Paus Leo I dan Paus Leo XIII, pemilihan nama ini oleh Robert Francis Prevost mengindikasikan kemungkinan besar bahwa ia akan melanjutkan semangat reformasi sosial dan memperkuat ajaran Gereja dalam menghadapi tantangan dunia kontemporer, termasuk ketimpangan ekonomi, dampak globalisasi, dan isu etika terkait teknologi seperti kecerdasan buatan.

Paus ke-267 ini ingin mengikuti jejak para pemimpin kuat dan progresif tersebut, dengan memadukan ketegasan dalam menghadapi tantangan global dan komitmen pada keadilan sosial dan reformasi ajaran.

Ini juga diakui oleh pembicara Vatikan, Matteo Bruni, yang menyebutkan bahwa istilah "Leo XIV" secara jelas merefleksikan pengajaran sosial Gereja Katolik.

"Nama pilihan ini mencerminkan bahwa Paus Leo XIV diperkirakan akan memperbaharui pembahasan tentang masalah-masalah sosial, termasuk di bawah perspektif terbaru seperti pengaruh kecerdasan buatan dan kesenjangan akibat globalisasi," jelas ahli Vatikan, Francois Mabille.

Di samping itu, banyak pakar juga mengamati bahwa opsi tersebut adalah kelanjutan dari prinsip-prinsip yang digaungkan oleh Paus Fransiskus, sosok yang terkenal akan komitmennya untuk membela orang-orang kurang beruntung serta usahanya menentang ketimpangan dunia.

Dari 266 paus sebelum Paus Leo XIV, kurang lebih setengah dari mereka mengambil nama baru ketika naik takhta.

Tradisi tersebut menjadi populer di abad ke-11 sebagai tanda kontinuitas serta penghargaan kepada leluhur.

Namun, mulai pertengahan abad ke-20, istilah paus cenderung mengacu pada visi personal dari kepemimpinan tersebut.

Nama Leo masuk ke dalam kelima daftar nama paling sering dipakai oleh para paus, bersamaan dengan Yohannes, Benediktus, Gregorius, dan Clemens.

Nama ini sudah dipakai 13 kali sebelumnya oleh para paus, dan Paus Prevost menjadi yang ke-14 dalam urutan tersebut.

Dari Misi Peru hingga Takhta Suci: Petualangan Spirituilatas Robert Prevost Menuju Kepemimpinan sebagai Paus Leo XIV

Robert Francis Prevost menarik perhatian global saat dikabarkan sebagai pemimpin terbaru Gereja Katolik, mengambil alih posisi dari Paus Fransiskus yang meninggal dunia pada tanggal 21 April 2025.

Prevost memperkenalkan diri menggunakan nama Paus Leo XIV di logia Basilika Santo Petrus, Vatikan, pada hari Kamis (8/5). Ia menjadi Paus ke-267 setelah dipilih dalam konklav paus yang diikuti oleh 133 kardinal pemilihan.

"Kemakmuran damai untuk kalian semua," ialah frasa awal yang dia utarakan di balkon Basilika yang berada tepat menghadap ke Lapangan Santo Petrus. Sehingga itu menandai bahwa Leo XIV secara resmi terpilih sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat serta asli dari Ordo Santo Agustinus.

Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Paus Leo XIV?

Lahir di Chicago pada 14 September 1955, dari pasangan Louis Marius Prevost dan Mildred Martínez, Robert Prevost menempuh pendidikan di bidang matematika, filsafat, dan teologi.

Ia ditahbiskan sebagai imam pada Juni 1982 dan mengawali pelayanannya sebagai misionaris di Peru sejak 1985.

Dia menjabat sebagai kanselir Prelatur Teritorial Chulucanas dari 1985 hingga 1986, sebelum akhirnya kembali ke Amerika Serikat sebagai imam paroki dan Direktur Misi untuk Provinsi Augustinian Chicago.

Di tahun 1988, dia kembali ke Peru dan selama sepuluh tahun menjadi pemimpin seminar Agustinian di Trujillo sambil mengajarkan Hukum Kanonik.

Kariernya terus berkembang hingga ia terpilih sebagai prior jenderal Konsili Agustinian (2001-2013).

Pada 2014, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo dan pada 2015 ia resmi menjadi Uskup Chiclayo.

Ia juga menjabat sebagai wakil presiden Konferensi Waligereja Peru (2018-2023) dan menjadi sosok penting dalam menjaga stabilitas politik selama krisis nasional.

Apa Peran Prevost dalam Gereja Sebelum Jadi Paus?

Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.

Ia dikenal memiliki peran penting dalam seleksi dan pengawasan para uskup. Pada Januari 2023, ia diangkat menjadi uskup agung, dan beberapa bulan kemudian menjadi kardinal.

Dalam pidato perdananya, Paus Leo XIV mengutip pesan terakhir Paus Fransiskus dalam Misa Paska.

Kemanusiaan memerlukan Yesus sebagai penghubung menuju Tuhan serta kasih-Nya.

Dia mengundang umat Katolik untuk menciptakan sebuah Gereja yang berorientasi pada misi, terbuka, serta bertindak sebagai penghubung dalam prosesdialog dan pertemuan.

Dia juga menggarisbawahi bahawa sama seperti Stadion Santo Petrus yang tersedia untuk setiap orang, Gereja seharusnya membuka pintu hati nuraninya kepada cinta dan kedatangan semua manusia.

Apakah Paus Leo XIV akan Mengikuti Jejak Reformasi Paus Fransiskus?

Leo XIV diketahui akan menyokong kelanjutan perubahan yang dimulai oleh Paus Fransiskus, khususnya mengenai peduliannya pada alam sekitar, orang-orang kurang beruntung, serta para imigran.

Dia juga mensupport pembaruan dalam praktik pastoral yang lebih terbuka, termasuk pemberian komunio bagi jemaat yang sudah bercerai atau menikah kembali secara sipil.

Namun, diperkirakan dia tidak akan melanjutkan gaya santai Paus Fransiskus dalam berinteraksi dengan komunitas LGBTQ.

Sebaliknya, Leo XIV terkait dengan dua insiden skandal pelecehan seksual yang terjadi di Chicago dan Chiclayo.

Meskipun begitu, dia didukung oleh para pengikutnya dan dinyatakan tak bersalah dikarenakan laporan yang dipandang kurang tepat sasaran.

Motto Episcopatus Leo XIV, "In Illo Uno Unum," yang artinya "di Diri-Nya Kita Bersatu," mewakili semangat kesatuan. Motto itu merujuk kepada khotbah Santo Agustinus yang menyatakan bahwa walaupun umat Kristen memiliki perbedaan, di dalam Kristus mereka tetap terikat sebagai satu.

Gaya semangat ini juga ingin diterapkan oleh Leo XIV saat memimpin 1,4 miliar jemaah Katolik di berbagai belahan dunia.

13 Paus yang Pilih Nama "Leo" Sebelum Robert Prevost

Nama "Leo", yang diambil oleh Paus terbaru Robert Francis Prevost, ternyata juga pernah banyak dipakai oleh para pemimpin keagamaan sebelumnya.

Sebelum Prevost, tercatat ada 13 paus yang menggunakan nama tersebut selama menjadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia.

Dipilihnya nama "Leo XIV" oleh paus asal Amerika Serikat ini menandai kembalinya nama tersebut ke puncak Gereja Katolik setelah lebih dari satu abad.

Berdasarkan informasi dari Popehistory.com, di bawah ini terdapat daftar 14 paus yang memakai nama "Leo" sepanjang masa jabatannya sebagai paus.

1. Paus Leo I (440–461 M)

Paus Leo I, yang terkenal dengan gelar Leo Agung, dihormati atas usahanya berdiri melawan Attila Hun demi mencegah serangan mereka pada kota Roma.

Bermacam-macam sumber sejarah dan ensiklopedi menganggap Leo I sebagai figur utama dalam memperkuat kekuasaan paus serta pemrakarsa dari doktrin-doktrin teologis.

2. Paus Leo II (682-683 M)

Paus Leo II hanya memegang jabatan selama kurang dari satu tahun.

Walaupun pendek, dia berjuang keras menentang paham monotelit yang menyimpang dan mengakui putusan KonsILI Konstantinopel IV sebagai resmi.

Karena dedikasinya, gereja Katolik Roma kemudian mensucikan Leo II sebagai santa.

3. Paus Leo III (795-816 M)

Paus Leo II dikenal karena keterkaitannya dengan Kaisar Romawi Suci Charlemagne.

Dia melantik Charlemagne menjadi kaisar pada tahun 800 M, yang semakin mengeraskan hubungan antara Gereja dan Kekaisaran, sekaligus meningkatkan kekuatan Pengaruh Gereja Katolik di wilayah Eropa Barat.

4. Paus Leo IV (847-855 M)

Paus Leo IV dikenal sebagai arsitek pertahanan Vatikan. Ia memerintahkan pembangunan Tembok Leonine yang masih mengelilingi Bukit Vatikan hingga kini, sekaligus memimpin pasukan gabungan dalam Pertempuran Ostia melawan serangan Saracen.

5. Paus Leo V (903–904 M)

Leo V memimpin di zaman kekacauan politik kepausan. Tak banyak catatan terperinci tentang kebijakannya karena masa jabatan yang sangat singkat dan situasi gereja yang penuh gejolak.

6. Paus Leo VI (928 M)

Dalam periode selanjutnya, Leo VI memimpin saat dikenal sebagai "Saeculum obscurum" atau zaman kelam bagi gereja.

Dia mencoba memadamkan pertikaian dalam antar para uskup dan mengatasi ancaman dari pencuri yang menyergap area kepausan.

7. Paus Leo VII (936–939 M)

Paus Leo VII memimpin jemaah Katolik saat kerusuhan politik sedang melanda Roma. Dia memberikan properti gereja kepada para bangsawan lokal dan menerbitkan peraturan untuk mengekspelaskan komunitas Yahudi yang ada di Jerman.

8. Paus Leo VIII (963–964 M)

Paus Leo VIII muncul sebagai antipapa pada tahun 963-964 M, dipilih oleh Kaisar Otto I dari Jerman.

Walaupun posisi awalnya tidak dibenarkan oleh gereja, masa jabatannya yang kedua (sesudah perbedaan pendapat dengan Yohannes XII dan Benediktus V) diterima sebagai sah.

9. Paus Leo IX (1049–1054 M)

Paus Leo IX merupakan salah satu tokoh penting asal Jerman pada masa Abad Pertengahan. Kekuasaan dan kepemimpinannya menjadi titik awal dari Skisma Besar tahun 1054, peristiwa ini memecah hubungan antara Gereja Katolik Roma dengan Ortodoksi Timur sehingga terjadi pemisahan yang bertahan hampir seribu tahun.

10. Paus Leo X (1513–1521 M)

Di era Renaissance, Leo X yang berasal dari keluarga Medici meraih kekuasaan.

Dia terkenal sebagai pemelihara seni dan sastra, namun juga harus menangani berbagai kesulitan akibat perubahan Reformasi Protestan yang dipicu oleh protes Martin Luther terhadap kebijakan pengampunan jemaah gereja.

11. Paus Leo XI (1605 M)

Leo XI, yang memerintah sangat singkat pada April 1605, tercatat sebagai salah satu paus dengan masa jabatan terpendek, yakni hanya sekitar sebulan sebelum meninggal dunia.

12. Paus Leo XII (1823–1829 M)

Pada masa paska Napoleona, Leo XII mengambil peran kepemimpinan dengan menerapkan kebijakan yang bersifat konservatif. Fokus utamanya adalah pada penegakan disiplin moral serta restorasi struktur sosial usai gelombang revolusi dan dominasi zaman Napoleon.

13. Paus Leo XIII (1878–1903 M)

Leo XIII merupakan paus yang memegang jabatan selama waktu terlama sebelum masuknya abad ke-20 dan dikenal karena ensiklik sosial berjudul Rerum Novarum pada tahun 1891.

Dokumen ini membahas hak-hak pekerja dan keadilan ekonomi pada awal Revolusi Industri, yang menjadi dasar ajaran sosial Katolik modern.

14. Paus Leo XIV (2025)

Akhirnya, Leo XIV memulihkan kembali tradisi yang diperkenalkan oleh Leo XIII. Ia menjadi Paus dari Amerika Serikat pertama dalam sejarah gereja Katolik selama 2.000 tahun terakhir.

Nama "Leo" dipilih untuk menggariskan kepemimpinan tegas yang bertekad pada masalah-masalah sosial modern, mulai dari kesetaraan ekonomi sampai permasalahan perkembangan global.

Nama Paus Terpopuler

Di luar "Leo", berikut ini merupakan sejumlah nama paus yang kerap digunakan oleh pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia saat menjabat.

  • Yohanes (John): 23 kali
  • Benediktus (Benedict): 16 kali
  • Gregorius (Gregory): 16 kali
  • Klemens (Clement): 14 kali
  • Innosensius (Innocent): 13 kali
  • Pius: 12 kali

Artikel ini sudah dipublikasi di Kompas.com denganjudul " Profild dari Paus Leo XIV Robert Prevost, Orang Amerika yang Kurang Bicara

Posting Komentar