Mengapa Vasektomi Masih Dianggap Tabu di Indonesia? Inilah Penjelasannya

Daftar Isi

PERNYATAAN Gubernur Jawa Barat yang mengusulkan ide vasektomi sebagai kriteria penerima bantuan sosial menjadi sorotan kontroversial.

Beberapa orang menilai bahwa pernyataan tersebut cukup nekat dan bertabrakan dengan tatanan sosial yang ada dalam masyarakat.

Akan tetapi, di tengah pro dan kontra tersebut, timbul pertanyaan yang lebih signifikan: mengapa vasektomi masih menjadi hal terlarang di Indonesia?

Mengapa teknik kontrasepsi ini kurang populer meskipun secara medis dan kinerja, vasektomi memberikan janji yang besar?

Sebenarnya, vasektomi masih belum banyak dipilih oleh pria di Indonesia. Hal ini bukan disebabkan oleh tingkat kesulitan ataupun risiko operasinya yang tinggi, melainkan dikarenakan adanya pengaruh budaya, pemahaman yang salah serta kurangnya informasi terkait metode kontrasepsi tersebut.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas secara mendalam alasan mengapa vasektomi belum umum di tanah air serta faktor-faktor yang menyebabkan kebanyakan pria ragu untuk memilih metode kontrasepsi tersebut.

Walau vasektomi memiliki berbagai manfaat, namun cara ini belum begitu populer di Indonesia. Sebagaimana dikutip dari pafipckotabanyuwangi.org , Bermacam alasan mempengaruhi minimnya pemakaian metode vasektomi oleh kaum pria di Indonesia, antara lain:

Rendahnya Tingkat Adopsi

Sebuah studi dari Fakultas Sains Kesehatan Masyarakat Pada tahun 2015, data mengindikasikan bahwa hanya kira-kira 16,6% suami di Indonesia yang berencana untuk melakukan vasektomi.

Angka tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India dan China, tempat persentase penerimaan vasektomi melampaui angka 20%.

Faktor Budaya dan Sosial

Alasannya utama untuk tingkat pengadopsian vasektomi yang rendah adalah karena adanya norma sosial dan budaya yang dominan. Sebagian besar pria percaya bahwa perempuan lah yang harus bertanggung jawab atas metode kontrasepsi.

Di samping itu, terdapat pandangan salah bahwa vasektomi bisa menurunkan rasa maskulinitas atau kinerja seksual laki-laki, walaupun tak ada bukti saintifik yang mensupport pernyataan tersebut.

Kelangkaan komunikasi di antara pasangan turut menghalangi proses ini. Sebagian besar pria cenderung tidak membahas metode kontrasepsi bersama pasangan mereka, oleh karena itu pembahasan tentang tindakan vasektomi sering kali luput dari perdebatan yang jujur dan terbuka.

Kurangnya Informasi dan Edukasi

Kekurangan data yang tepat mengenai vasektomi turut menjadi penghalang. Banyak kaum adam belum menyadari kalau tindakan tersebut merupakan metode yang aman dan efisien tanpa dampak pada aktivitas intim mereka.

Pendidikan yang lebih komprehensif serta gerakan penyuluhan bisa mendukung perubahan pandangan tersebut. .(jpc)

Posting Komentar