Kisah Pengorbanan Kaisar Naruhoto: Mendampingi Permaisuri Masako Melawan Tradisi Jepang

Daftar Isi

Adegan Kaisar Naruhito bersama Permaisuri Masako ketika dia melahirkan merupakan momen penting yang mencolok dalam riwayat dinasti Jepang. Meskipun terdapat tekanan besar serta pandangan masyarakat yang memposisikan laki-laki menjauhi area kelahiran, sang kaisar malahan tampil dengan cinta dan dukungan di dekat istrinya selama proses tersebut.

Cerita ini diceritakan ulang oleh Osamu Tsutsumi, seorang dokter kandungan yang merawat proses kelahiran Putri Aiko, anak dari pasangan kerajaan, 24 tahun silam. Ia menyampaikan bahwa mereka berdua terlihat sangat hangat dan peduli satu sama lain. Mereka tidak hanya dipuji sebagai orangtua potensial, tapi juga sebagai sepasang suami istri yang selalu mendukung satu sama lain.

Mengutip dari The Asahi Shimbun dan IOL Berikut adalah kisah yang mengharukan tentang Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako dibalik kelahiran putrinya yang tersayang. Simak ceritanya selengkapnya, Bun!

Masako selalu hadir menemani tidak pernah terlewatkan check-up kehamilan

Dalam wawancara eksklusif bersama The Asahi Shimbun , dokter Tsutsumi menyatakan seberapa besar dedikasinya Kaisar Naruhito ketika menemani Permaisuri Masako melalui masa kehamilannya di tahun 2001.

Walaupun memiliki agenda formal yang sangat sibuk, Kaisar Naruhito tidak pernah mengabaikan satu pun kedatangannya di Rumah Sakit Keluarga Kekaisaran. Kedatangannya dalam setiap pertemuan medis adalah hal biasa bagi masyarakat saat itu, khususnya karena ia merupakan anggota keluarga kerajaan dan juga suami.

Ibu Mahkota Masako begitu cermat merawat kehamilannya. Ia mengukur bobot tubuhnya tiap harinya, mempelajari buku pedoman untuk ibu hamil sampai hampir bisa menyebutkan isi dengan tanpa lihat, serta rajin melakukan latihan fisik selama sekitar 30 menit seperti yang disaran oleh para dokter.

Dr. Tsutsumi melihat kekuatan ikatan emosional pasangan itu dengan calon buah hati mereka. Ketika gender bayi dapat diidentifikasi, ia bertanya pada Kaisar Naruhito jika beliau mau tahu informasinya atau tidak.

Tenang saja, Kaisar Naruhito merespons dengan, "Saya tidak memerlukan informasi itu."

Jawaban singkat tersebut menyulut debat yang meluas mengenai potensi adanya kaisar wanita di Jepang. Tetapi menurut Tsutsumi, sepertinya pilihan Kaisar Naruhito didorong oleh harapan agar dapat menjaga kedamaian jiwa Permaisuri Masako saat ia sedang hamil.

Jauhi serbuan pertanyaan dari jurnalis.

Kaisar Naruhito, pada usianya yang ke-41, merupakan anak tertua dari Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko. Ia mempunyai dua orang bersaudara: Pangeran Akishino serta Putri Sayako, yang masih single waktu itu.

Sebelum bergabung dengan keluarga kerajaan, Masako merupakan seorang diplomat handal. Ia mendapatkan pendidikannya di universitas ternama seperti Harvard dan Oxford, fasih berbahasa dalam lima dialek mancanegara, serta pernah dinilai sebagai sumber inspirasi yang mampu memberi semburat segarnya pada struktur istana Jepang yang tertutup dan penuh warisan budaya.

Setelah mengundurkan diri dari karirnya di Kementerian Luar Negeri untuk menikahi Kaisar Naruhito, Masako tetap bersikeras rendah hati. Ia hanya sedikit terlihat dalam acara umum dan malahan merujuk kepada suaminya tidak dengan namanya sendiri, tapi sebutan 'Pangeran' saja. Meski begitu, dibalik penampilannya yang tenang tersebut, sepasang istimewa ini selalu berada di bawah pengawasan pers yang sangat keras.

Tekanan ekstra tersebut mengakibatkan bencana. Menurut laporan dari IOL , Masako terkena keguguran di tahun 1999. Beberapa orang menyatakan bahwa tuntutan dari sorotan media menjadi faktor utama tekanan yang membuat kondisinya saat hamil semakin parah.

Sejak saat itu, Kaisar Naruhito mulai mengambil langkah tegas. Dia melindungi istrinya dari tekanan media, bahkan meminta staf medis untuk tidak membuka informasi kepada wartawan, termasuk soal tanggal perkiraan kelahiran.

Dr. Tsutsumi, ahli kandungan yang mengurus Masako, memilih untuk menyembunyikan berbagai informasi, termasuk dari para pejabat senior di istana kekaisaran. Ia hanya menceritakan kepada Kaisar Naruhito serta Masako tentang perkiraan tanggal lahir sang putri atau putra.

Keberhati-hatian pun dijadikan sebagai fokus utama. Penentuan tentang durasi perawatan inap Masako haruslah sangat teliti. Apabila terlalu cepat, ada ketakutan bahwa proses kelahiran mungkin akan berjalan tanpa adanya persiapan logistik dan keamanan yang cukup.

Akan tetapi, apabila prosesnya terlalu cepat, publik bisa menjadi mencurigai dan berbagai spekulasi pun timbul. Oleh karena itu, dipergunakanlah alat kardiotokografi jarak jauh yang bertujuan untuk mengawasi kontraksi serta denyut jantung bayi. Informasinya kemudian di-transmit lewat internet supaya Tsutsumi dapat menetapkan momen paling ideal bagi pembawaan Masako menuju rumah sakit.

Pada akhirnya, tanggal 1 Desember 2001, sehari sesudah Masako dirawat, terdengarlah suara menangis si bayi yang pertama kali. Dipenuhi dengan kelembutan, Masako memegang buah hatinya itu untuk pertamakalinya.

"Seorang putri. Puteri Masako dan sang buah hatimu dalam keadaan sehat," ingat Dr. Tsutumi pada Kaisar Naruhito sambil menanti di ruangan berbeda.

Buruan katakan terima kasih ke dokter ya.

Sekejap setelah menerima berita gembira dari Dr. Tsutsumi, Kaisar Naruhito tak serta-merta buru-buru bertemu dengan putrinya yang baru lahir. Meskipun sebagai seorang ayah baru tentunya ia merindukan momen itu, namun prioritasnya pertama adalah untuk menghargai si dokter terlebih dahulu.

Tenang dan sopan, Kaisar Naruhito berdiri lurus sambil mengucapkan, "Segalanya sesuai dengan apa yang telah Anda jelaskan. Aku dapat melepaskannya kepadamu tanpa khawatir apapun. Sungguh menyenangkan memilikimu untuk menyelesaikannya. Terima kasih."

Menurut Dr. Tsutsumi, hal tersebut bukan hanya sebuah ucapan formal, tetapi juga wujud penghormatan yang tulus dari seorang pemimpin yang baru-baru ini menjadi bapa. Tindakan Kaisar Naruhito sangat menyentuh perasaannya dan menjadikan saat itu sebagai momen berkesan baginya.

Kenangan manis lainnya berasal dari Permaisuri Masako. Setelah dia meninggalkan rumah sakit beberapa hari berikutnya, ia mengucapkan sebuah pernyataan yang tidak terduga kepada dr. Tsutsumi.

"Melahirkan itu sangat menggembirakan," kata sang permaisuri dengan senyum di wajahnya.

Ungkapan sederhananya sangat mengena. "Sebelumnya, banyak yang menyebut kalau proses bersalin itu sulit," cerita Dr. Tsutsumi.

Dia menambahkan, "Namun darinya, aku malah mempelajari bahwa proses ini dapat menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan. Apalagi jika dilakukan dengan persiapan dan kasih sayang."

Kelahiran Putri Aiko menghadirkan semburat baru dalam era Reiwa.

Kedatangan Putri Aiko bukan saja menyenangkan hati keluarga kerajaan, melainkan juga menandai pergantian zaman dalam aspek sosial di Negeri Sakura tersebut.

Setelah Putri Masako menyambut buah hati, berubahlah suasana. Lebih banyak istri dan suami memilih untuk menjalani pemeriksaan kehamilannya secara bersama-sama. Paduan ini merupakan hal baru dalam tradisi mereka.

Perkembangan teknologi juga berlanjut dari masa ke masa. Teknik kardiotokografi jarak jauh, yang dahulu dipakai untuk mengawasi situasi Janin Putri Mahkota Masako, saat ini sudah menjadi standar biasa, lebih-lebih lagi di daerah-daerah pelosok Jepang.

Sekarang, dua dasawarsa telah berjalan. Putri Aiko, yang saat ini menginjak usia 24 tahun, telah memulai pekerjaan resminya sebagai bagian dewasa dari keluarga kerajaan. Untuk dr. Tsutsumi, memiliki peran dalam awal karirnya sebagai seorang bidan merupakan suatu penghargaan.

"Saya sangat senang dapat melihat perkembangan Aiko sejak bayi sampai menjadi remaja," ujarnya.

Dia mengakhiri pidatonya dengan harapan penuh kasih, "Semoga pasangan kerajaan serta keluarganya dapat terus menjalani kehidupan yang bahagia, dan mudah-mudahan masa pemerintahan Kaisar Naruhito dalam Era Reiwa senantiasa dipenuhi kedamaian."

Itulah cerita yang mengharukan tentang petualangan Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako saat menyambut kehadiran Putri Aiko, sang anak sulung mereka. Proses persiapannya sangat memotivasi, bukan, Ibu?

Pilihan Redaksi
  • Cerita tentang Putri Kiko yang melahirkan Pangeran Hisahito, anak laki-laki pertama dalam kerajaan Jepang setelah empat dekade.
  • 19 Tips Agar Cepat Berhasil Hamil Setelah Menikah yang Boleh dicoba bersama Suami
  • Cerita Kehilangan Janin Putri Mahkota Jepang Masako yang Menjadi Sorotan di Negeri Matahari Terbit

Untuk bunda yang ingin berbagi pengalaman tentang parenting sambil mendapatkan banyak hadiah, silakan bergabung dengan komunitas Squad. Untuk mendaftar, klik disini. SINI. Gratis!

Posting Komentar