5 Kebenaran yang Terpatakan tentang Kesuksesan Menurut Kelas Menengah di Indonesia

Daftar Isi

- Sukses merupakan sebuah konsep yang relatif, seringkali tersedot ke dalam berbagai aturan sosial serta pandangan personal. Saya sebagai anggota kalangan menengah telah menyaksikan banyak sekali persepsi umum mengenai sukses di lingkungan sekitar kami.

Meskipun demikian, di luar ketenarannya, saya menyadari bahwa sebagian besar keyakinan tersebut ternyata salah. Bahkan bisa jadi meredam kemampuan kita untuk berkembang apabila kita biarkan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan posting blog Herald di hari Sabtu (10/5), dalam tulisan ini, saya berencana untuk membantahkan 5 mitos kelas menengah mengenai keberhasilan. Hal tersebut merupakan pemikiran keliru yang perlu kita hadapi bila kami sungguh-sungguh mau berkembang dalam aspek personal dan karier.

Perhatikan, keberhasilan tidak selalu sama bagi setiap individu. Kini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk melepaskan pandangan keliru tersebut. Ayo kita mulailah.

1) Keberhasilan berarti memiliki uang

Sebagai bagian dari kelompok menengah, cukup sederhana untuk melihat sukses sebagai bentuk kemakmuran materi. Pada akhirnya, kami tinggal di lingkungan yang cenderung memandang status sosial terutama berdasar pada saldo rekening bank individunya.

Akan tetapi, kepercayaan tersebut merupakan pendekatan terbatas dalam menentukan kesuksesan. Ini tidak memperhitungkan aspek penting seperti perkembangan diri, interaksi sosial, serta tingkat kebahagiaan seseorang.

Tentu saja, memiliki dana bisa menyediakan kenyamanan tambahan dalam menjalani hidup, meski hal tersebut tidak mencakup semua aspek dan menjadi tujuan utama sukses. Banyak kasus terdokumentasi tentang individu yang berhasil mengamass sumber daya finansial berlimpah tapi masih merasakan ketidakpuasan batin atau sering kali stres.

Sebenarnya, perhatian yang berlebihan terhadap uang bisa jadi mengakibatkan hidup yang tak memuaskan karena mungkin menutupi hal-hal esensial lainnya semisal kesejahteraan fisik, kegembiraan hidup, serta ikatan personal.

Keberhasilan tidak semata-mata tergantung pada berapa besar upah Anda. Hal itu berkaitan erat dengan rasa puas akan seluruh aspek kehidupan Anda. Jangan sampai standar sosial yang menghubungkan sukses dengan kaya mengekang pandangan Anda.

2) Anda perlu terus-menerus berusaha keras

Saya takkan mungkin lupa ketika memperoleh jabatan managerial yang pertama kali. Perasaan sukacita dan kecemasan begitu mencampur aduk dalam diri saya. Pandangan mayoritas di sekitar kami mengatakan sukses identik dengan jam kerja tanpa henti.

Berikut tindakan yang saya ambil. Saya menginvestasikan semua tenaga saya dalam pekerjaan, terkadang bermalam di kantor dan menyelesaikan beberapa tugas dari rumah juga. Saya yakin bahwa makin banyak jam yang saya kerjakan, akan semakin besar kesempatan menuju kesuksesan.

Dengan bertambahnya usia, saya mulai menyadari penurunan kondisi kesehatanku, masalah dalam hubunganku, serta penurunan tingkat kepuasan hidupku secara umum. Pada titik itu, aku sadar — pandangan bahwa bekerja tanpa kenal lelah akan membawa kepada sukses sebenarnya adalah pemahaman yang keliru.

Sudah tentu, usaha yang gigih amatlah esensial bagi pencapaian sukses, namun terdapat beda di antara berusaha dengan menguras habis tenaga. Sangat vital untuk mencapai titik seimbang antara dunia personal dan lingkungan pekerjaanmu.

Tidak ada pencapaian karier yang setara dengan pengorbanan kesejahteraan atau kegembiraan diri sendiri. Oleh karena itu, jangan membiarkan prasangka bahwa Anda perlu terus-menerus berusaha keras mendefinisikan tingkat kesuksesan Anda.

Buatkan keseimbangan yang tepat bagi Anda dan selalu sempatkan waktu untuk merawat diri sepanjang perjalanan ini.

3) Gagal sama sekali tidak bisa ditoleransi

Rasanya takut terhadap gagal merupakan pandangan luas kalangan menengah yang mungkin memblokir jalannya menuju sukses. Seringkali, kita diajari untuk meyakini jika tidak berhasil berarti menjadi bukti lemah atau kurang cakap, serta perlu mencoba sebaik-bisa agar bisa hindari hal tersebut.

Namun, itu bukanlah fakta yang tepat. Apakah kamu tahu bahwa Thomas Edison pernah mengalami 1.000 kali kegagalan saat berusaha membuat bola lampu listrik? Saat seorang reporter menanyainya tentang betapa meresahkan mungkin untuk gagal begitu banyak kali, Edison membalas, "Saya belum gagal sama sekali. Saya hanya berhasil mencapai 1.000 cara-cara agar tidak bekerja."

Ini mengindikasikan bahwa kekalahan tidak selalu menjadi penutup segala sesuatu, tetapi justru bisa dijadikan pijakan menuju kemenangan. Gagal menyampaikan pengajaran yang tak ternilai dan mendorong kita agar terus berkembangkan serta memperluas diri.

Oleh karena itu, selanjutnya bila kamu menemui kekalahan, ingatlah tentang Thomas Edison dan bola lampu miliknya. Jangan memandangnya sebagai mundur, tapi jadikanlah ini peluang untuk belajar. Sebab faktanya, kegagalan sesungguhnya hanya terjadi saat kita tak berusaha sedikit pun.

4) Keberhasilan merupakan capaian pribadi

Seringkali kita dengar ungkapan "self-made" digunakan saat berbicara tentang orang-orang yang berhasil, menekankan ide bahwa pencapaian tersebut sepenuhnya hasil dari usaha pribadi. Akan tetapi, pandangan ini umumnya tidak menyadari betapa signifikannya kontribusi kolaborasi serta sinergi antar anggota tim terhadap keberhasilan seseorang.

Faktanya, tak ada satupun individu yang meraih keberhasilan total tanpa bantuan siapa pun. Di belakang setiap orang sukses terdapat sebuah masyarakat pendukung yang secara beragam telah memainkan peran dalam petualangan mereka.

Ini bisa mencakup seorang pembimbing yang menyediakan arahan, rekan kerja yang mengajukan bantuan, atau keluarga serta sahabat yang mempersembahkandukungan psikologis.

Alih-alih memandang keberhasilan sebagai hasil individu, mulailah mengenali itu sebagai prestasi kolektif. Mulutlah belajar apresiasi kepada orang-orang yang ada di lingkunganmu serta sumbangsihnya pada petualanganmu sendiri. Pada akhirnya, sukses akan menjadi semakin nikmat bila dinikmati bersama-sama.

5) Anda perlu menempuh rute khusus tersebut

Pada satu titik, saya yakin sudah mengenal semua halnya. Mulai dari pendidikan sampai pekerjaan, saya telah memetakan jalur hidup dengan teliti. Saya meyakini adanya formula spesifik menuju kesuksesan dan deviasi darinya bisa berujung pada kegagalan.

Hanya setelah tersandera oleh pekerjaan yang tak sesuai dengan minatku, sebab itu adalah bagian dari "rencana", aku mulai mencerminkannya kembali. Melalui proses refleksi panjang, aku membuat keputusan untuk percaya pada diriku sendiri dan melanjutkan petualangan di area yang jauh berbeda daripada ilmu pengetahuan yang pernah kulajar.

Saya mempelari dari pengalaman susah payah bahwa kehidupan tak selalu lurus, demikian juga jalannya menuju sukses. Tak ada panduan baku yang dapat dipatuhi. Sukses hadir dalam beragam wujud dan kadangkala berhasil dicapai di lokasi yang sungguh mengejutkan.

Oleh karena itu, jangan ragu untuk membentuk jalannya sendiri. Hargai setiap tikungan dalam hidup, dan ketahuilah bahwa boleh saja meninggalkan "rencana" semula. Pada akhirnya, petualanganmu meraih sukses merupakan kepunyaanmu seorang diri.

Posting Komentar