Kisah Sukses Anggi Nindya Sari Kembangkan Sono Kaktus, Cuan Ratusan Juta Per Bulan berkat Suvenir Tanaman

Tak ingin bisnis yang mainstream, Anggi Nindya Sari memanfaatkan kaktus menjadi suvenir pernikahan maupun acara lainnya. Meski sempat tak ada pesanan selama delapan bulan, kini bisnisnya menghasilkan omzet yang tidak sedikit.
’’PER bulan mencapai Rp 100 juta hingga Rp 150 juta. Jumlah ini tercapai setelah tujuh tahun menggeluti usaha ini,’’ kata Anggi Nindya Sari. Pemilik bisnis Sono Kaktus itu mengaku mengalami pasang surut usaha. Meski begitu, dia pantang menyerah. ’’Bisnis itu bukan soal apa yang unik, aneh, atau apa yang kita sukai. Tetapi apa yang dibutuhkan orang-orang. Yang penting mulai dulu, jeli melihat peluang, dan pastinya jangan pernah berhenti belajar. Sebab, ketika berhenti belajar, maka itu adalah akhir hidupmu,’’ tuturnya.
Mulanya, perempuan 27 tahun itu terpikir bahwa suvenir kaktus hanya untuk momen pernikahan. Ternyata, anggapan itu terhapus karena banjir pesanan di berbagai momen istimewa lainnya. Yakni, acara wisuda, sidang doktoral, acara duka cita, khitan, ulang tahun, open house, dan lainnya. ’’Kelebihan kami adalah tanaman yang unik dan personal. Suvenirnya hidup, long lasting, dan bermanfaat,’’ imbuhnya.
Event Wisuda Buka Peluang Usaha
Anggi menceritakan bahwa ide membangun bisnis suvenir kaktus ini lahir pada tahun 2018 ketika dirinya masih menempuh pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia cukup peka dengan adanya potensi bisnis saat universitasnya menyelenggarakan acara wisuda. Selama perhelatan rutin tersebut, banyak pedagang membuka stan baik di area dalam maupun luarnya. Anggi kemudian mencatat jika ada penjual yang menawarkan kaktus selama acara wisuda beberapa waktu lampau dan ia pun akhirnya memutuskan untuk merintis usaha tersebut, seperti yang diceritakannya.
Walaupun awalnya hanya main-main, Anggi tidak setengah-setengah dalam mengembangkan bisnisnya. Perlahan-lahan, dia mulai melakukan penelitian, mencari supplier tanaman kaktus, serta belajar tentang packing souvenir. Ketika acara wisuda universitas datang, Anggi bersama temannya membuka stand pertamanya. Dia menjelaskan, "Pada event pertama Alhamdudilah cukup ramai. Kemudian ketika ada wisuda berikutnya, kita membuka stand yang kedua kali. Baru pada kesempatan tersebut kami menyadari bahwa ini memiliki potensi sebagai sebuah bisnis." Wanita asli dari Bandung itu menambahkan hal tersebut.
Klien Pertama Setelah Enam Belas Minggu Berjualan
Anggi tidak hanya membuka warung konvensional, tetapi juga mencoba keberuntungannya di platform Marketplace.
"Sekitar delapan bulan dibutuhkan untuk mendapatkan klien pembeli tersebut karena penjualan kita bersifat organik. Kami perlahan-lahan menyempurnakan tampilan produk di Instagram dan berbagai platform e-commerce," ujarnya. "Alhamdulillah, akhirnya menghasilkan buah, dengan pemesanan awal dari klien mencapai 600 potong souvenir," tambahnya. (dee/ai)
Posting Komentar