Viral Sekolah Tanpa Tempat Sampah,Siswa Jajan Wajib Bawa Mangkok dan Gelas,Ada Rak Piring di Kelas

Daftar Isi

- Cerita tentang sekolah tanpa tempat sampah menjadi sangat populer di media sosial.

Siswa-siswa wajib membawa mangkuk atau piring dan gelas saat membeli makanan.

Ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik di lingkungan sekolah.

Sampah memang menjadi masalah yang belum teratasi di berbagai daerah.

Banyak daerah menghasilkan sampah bahkan di dalam lingkungan belajar di sekolah.

Tetapi masalah sampah ini tidak berlaku di SD Negeri Kroyokulon, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Sekolah yang terletak di sebelah barat kota Purworejo ini bahkan tidak memiliki tempat sampah di lingkungan sekolah.

Kepala SD Negeri Kroyokulon, Erti Widaryati mengatakan, meskipun tidak ada tempat sampah, sekolah ini tampak bersih dan rapi.

Para siswa diharapkan dapat mengelola sampah sendiri.

Widaryati menceritakan, ide sekolah tanpa tempat sampah ini bermula dari perhatiannya ketika pertama kali datang ke sekolah melihat banyak sampah berserakan.

Lalu dia memikirkan untuk membuat tempat sampah utama di belakang sekolah.

Namun, karena beberapa hal, terutama biaya, pembuatan tempat sampah utama belum dilaksanakan.

Lalu muncul ide di pikiran para guru untuk membuat program 'Sampahku Tanggungjawabku'.

Sekolah Dasar Negeri Kroyokulon kemudian memutuskan untuk menghapus pengadaan tempat sampah di sekolah tersebut.

Hal itu dilakukan agar anak-anak lebih fokus untuk mengelola sampah dan tidak ada kesempatan untuk membuang sampah ke tempat sampah.

.

"Sistem tersebut berisi kewajiban anak-anak untuk mengelola sampahnya sendiri," tambah Widaryati.

Untuk mendukung program tersebut, anak-anak di SD Negeri Kroyokulon dipersilahkan dan diminta membawa alat makan berupa mangkuk atau piring beserta gelas.

Barang-barang tersebut disimpan di kelas masing-masing dan kami sekolah menyediakan rak piring untuk menyimpan barang-barang tersebut.

"Terlihat anak-anak ketika makan jajan, misalnya membeli bakso dan gorengan atau jajan lainnya, tidak dibungkus dengan plastik, tapi menggunakan alat-alat yang dibawa," kata Widaryati.

Kepala sekolah menyebutkan bahwa seluruh siswa menanggapi kebijakan itu dengan sangat antusias, mereka menunjukkan komitmen mereka untuk mengelola sampah sendiri.

Pihak sekolah juga bekerja sama dengan pemerintah desa, komite, untuk mengawasi anak-anak agar tidak membuang sampah di pinggir jalan atau membuang sampah sembarangan setelah pulang sekolah.

"Jika itu dilanggar, itu berarti tidak mengelola sampah, melainkan hanya memindahkan sampah," katanya.

Dijelaskan, ide itu timbul dari pemikiran kepala sekolah dan guru, kemudian disampaikan kepada siswa, lalu disampaikan ke komite, serta bekerja sama dengan penjual yang ada di lingkungan SD Negeri Kroyo Kulon.

"Dan kemarin kegiatan P5 kita ada tema Membuat Gaya Hidup Ramah Lingkungan, yaitu dengan mengelola sampah yang dibuat menjadi barang yang berguna, seperti menjadi tempat minuman mineral, menjadi vas bunga, lalu plastik kresek dibuat menjadi bunga dan lain-lainnya," kata Kepala Sekolah.

Sekolah Dasar Negeri Kroyokulon memiliki siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak 73 orang.

Dan ia berharap kegiatan pengelolaan sampah ini dapat mewujudkan lingkungan sekolah menjadi bersih dan teratur.

"Kebiasaan ini tidak hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi juga diterapkan di sekitar sekolah dan di rumah masing-masing, agar menjadi contoh yang baik," kata Widaryati.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Google News

Posting Komentar