Usai Dilantik Langsung Gunakan Jas Kabur ke Kuburan

Daftar Isi

Perjuangan Mohammad Asari Tiris yang Penuh Cerita Haru Menuju Ketua DPRD Kabupaten Sarmi

Garis tangan siapa yang tahu. Namun dari takdir dan doa seorang ibu, akhirnya menjawab asa yang sama sekali belum pernah dimimpi.

Laporan: Mustakim Ali – Jayapura

Pernahkah Anda menyadari betapa dahsyatnya kekuatan doa seorang ibu? Dalam Islam, Ibu mendapatkan penghormatan yang sangat tinggi, bahkan Rasulullah SAW menyebutnya sebagai sosok yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dari seorang anak. Doa seorang ibu adalah salah satu doa yang mustajab, kehebatannya tidak diragukan lagi.

Bukanlah lagi hanya mitos belaka, tapi cerita ini telah menunjukkan bahwa kebenarannya telah terbukti pada seorang politisi muda dari Papua, di Kabupaten Sarmi di Provinsi Papua.

Seorang pria yang lahir pada tanggal 15 Juli 1990 di Kampung Nangke, Distrik Pantai Timur Bagian Barat Sarmi, saat ini menjabat sebagai Ketua DPRK Kabupaten Sarmi periode 2024-2029 dari partai Nasdem. Satu catatan menarik yang menciptakan adalah ia menjadi anggota DPRK termuda saat ini di Provinsi Papua.

Untuk menduduki posisi itu, bagi Mat, sapaan akrab seorang ayah tiga, tidaklah mudah, namun ada lika-liku yang sudah membekas di dalam dirinya. Ia menyimpan cerita perjuangan menarik. Pasalnya ia tak pernah bermimpi untuk menjadi wakil rakyat apalagi menjadi pemimpin di institusi yang terhormat itu.

Dalam keheningan malam di ibukota Jakarta, Mat menceritakan perjalanan kariernya kepada wartawan Cepos. Tak ada janji, namun dari karakter yang sederhana dia pun menuliskan ceritanya dan semua mencair.

Mat lalu bercerita dengan spontan bahwa sebenarnya dari kecil ia bermimpi ingin menjadi tentara.

“Setelah lulus dari STM Kotaraja, saya sebenarnya ingin menjadi tentara, sekitar satu minggu saya bergabung di Akademi TNI Angkatan Darat, Jayapura. Itu adalah cita-cita saya,” kata dia. Dan niatnya ini sempat ditentang oleh ibunya.

Pasalnya, sebagai anak tertua, sang ibu khawatir tidak ada yang menjaga keluarga jika harus ditugaskan ke luar Papua. Ibu juga menanamkan pendidikan pada anaknya untuk tidak mengikuti tes tentara.

“Ia masih mengingat ketika itu ibunya berkata kepada dia, 'Tidak perlu kamu ikut tes tentara, karena kamu adalah anak pertama di rumah, jika kamu menjadi tentara, siapa yang menjaga adik-adik di rumah,' jelasnya mengenang pesan ibunya.”

Singkat cerita, karena sangat cinta dengan ibunya ia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan tes TNI dan kembali ke Sarmi.

Setelah tiba di Sarmi pada tahun 2008, Mat memutuskan untuk bekerja sebagai tukang bangunan atau pekerja kasar selama satu tahun.

Posting Komentar