Trump Bakal Tutup USAID, Apa Dampak yang Mengancam Indonesia?

Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghentikan pemberian bantuan luar negeri selama 90 hari telah berpengaruh pada dunia, termasuk Indonesia.
Selama ini, Adei laksmana Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bekerja sama erat dengan Kementerian Kemkes RI serta bermacam-macam organisasi kesehatan. Menurut Direktur Dunia Karnabhumi Departemen Hara Pemerintah AS, Elon Musk, USAID akan ditutup Trump.
Bantuan Amerika Serikat melalui badan independennya berpartisipasi dalam berbagai sektor, dari kesehatan ibu dan bayi hingga siagaan bencana.
USAID mengalokasikan USD 153 juta (sekitar Rp 2,5 triliun) untuk proyek-proyek di Indonesia pada tahun 2023.
Dana itu mencakup kebutuhan program demokrasi, mengatasi korupsi, pendidikan lingkungan, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Dampak terhadap Kesehatan Ibu dan Bayi
USAID melalui program MCGL (Momentum Negara dan Kepemimpinan Global) mengadakan bantuan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan primer di Indonesia.
Dirangkum dari laporan OCHA (Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan), salah satu hasil program tersebut menunjukkan angka kematian ibu akibat komplikasi persalinan menurun dari 1,23 persen pada 2021 menjadi 0,46 persen pada 2023.
Program tersebut juga menguatkan 341 fasilitas kesehatan dan meningkatkan kapasitas 8.529 tenaga medis.
Hingga tahun 2026, USAID bertarget mendukung sejumlah 241 puskesmas, 260 puskesmas pembantu, serta sebanyak 1.391 posyandu di Indonesia.
Pengawasan Wabah dan Kesiapan Bencana

Terjemahan merupakan bagian dari program USAID CP3 yang dijalankan secara bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC).
Program ini memperkuat deteksi dini penyakit dan tanggapan epidemi. Selain itu, hasilnya mencakup:
-
Membangun sistem pengawasan penyakit di enam provinsi (Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, dan Banten) di enam kabupaten (Bojolali, Ketapang, Pandeglang, Tabanan, Kota Bogor, dan Maros).
-
Mendukung peraturan nasional untuk pencegahan zoonosis—penyakit yang dapat menyebar dari hewan ke manusia atau sebaliknya, juga penyakit menular baru.
-
Melatih 1.400 pelatih dan relawan dalam program pengawasan kesehatan masyarakat.
-
Mencapai 90.000 orang dalam sosialisasi pendidikan kesehatan.
Bantuan Transformasi Sistem Kesehatan Primer

Pada tahun 2023, USAID juga membantu mengubah sistem kesehatan Indonesia hingga masa pemulihan pasca pandemi.
Atul Gawande, Assistant Administrator for Global Health USAID, mengatakan saat itu Indonesia termasuk tujuh negara prioritas USAID untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dasar.
"Aku rasa Indonesia melakukan beberapa hal yang luar biasa dalam meningkatkan sistem perawatan kesehatan. Salah satu hal terbesar adalah membuat reorientasi besar dari sistem perawatan kesehatan menuju perawatan primer," ucap Gawande kepada
"Kebanyakan orang menyimpan sebagian besar dana untuk biaya rawat inap dan rawatan yang khusus, tapi yang memerlukan banyak orang agar dapat hidup dengan lama adalah terletak pada tingkat perawatan kesehatan dasar. Sekarang ini, Indonesia sudah meletakkan investasi besar dan meningkatkan alokasi dana pada perawatan kesehatan dasar menjadi 25 persen dari anggaran kesehatan yang ada, dan diharapkan akan meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2025," tandasnya.
Menteri Tenaga Kerja: APBN Kita Sudah Cukup

Menanggapi kebijakan baru Trump, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, menduga bahwa bantuan dari USAID akan mengalami penurunan.
Namun, menurutnya APBN Postingan tersebut masih memadai untuk menangani kesehatan di Indonesia.
"Ya, nanti beberapa contoh, bantuan seperti USAID mungkin akan menurun (jumlahnya). Tapi kita kan tidak hanya mendapatkan dana dari bantuan. Dana APBN kita sudah cukup untuk melakukan penanganan kesehatan di Indonesia," kata Dante ketika ditemui di Kelurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Jumat (31/1).
Dante mencontohkan tentang penanganan kasus tuberkulosis (TB), Presiden Prabowo Subianto telah menyediakan anggaran khusus sehingga tidak perlu bergantung pada bantuan luar negeri.
"Hibah dari luar negeri kita akan terima. Dari Global Fund sendiri yang telah memberikan hibah sebanyak USD 308 juta (sekitar Rp 5 triliun), hibah tersebut tidak dipengaruhi oleh kebijakan dari Presiden Trump," kata dia.
Kontribusi tambahan dari Amerika Serikat untuk pengobatan HIV, tuberkulosis, dan malaria di Indonesia ternyata tidak mencukupi.

Menurut pihak berwenang, rekening dana atas TB sudah dialokasikan Rp 500 miliar dari APBN. Angka itu akan semakin meningkat.
"Apa yang akan terjadi jika nanti kita menerapkan strategi cepat menang Pak Presiden, mungkin kita akan membutuhkan sekitar Rp 1 triliun untuk membeli obat Tuberkulosis, dan itu bukan pemberian bantuan dari luar negeri,"katanya.
"Maka, kita tidak dipengaruhi oleh kebijakan yang dilakukan oleh AS. Kita sudah bisa mandiri untuk melakukan pengentasan TB, baik evaluasi, kemudian pengorganisasian, serta yang paling penting adalah pemberian obat," kata dia.
Untuk penyakit lain, Dante mengatakan bahwa tidak ada pengaruh dari kebijakan Trump. Dana dari Global Fund bisa digunakan untuk melawan HIV dan Malaria.
Posting Komentar