Kopi Beraroma Mawar dari Lereng Merapi, Memberi Manfaat Konservasi dan Ekonomi bagi Petani

Daftar Isi

- Aroma dan rasa kopi biasanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Jika di dekatnya ada tanaman nangka, maka kopi itu mungkin juga memiliki aroma nangka. Jika ada pisang, maka aroma pisanglah yang mungkin muncul.

Bagaimana jika tanaman kopi ditanam di dekat kebun mawar atau ladang tembakau? Ini adalah hal yang timbul dari kopi dari Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah.

Aroma tembakau yang muncul sungguh menggoda. Setelah diseduh, akan tercium aroma mawar yang menawan, serta rasa jagung manis yang membuat kopi tidak perlu ditambahkan gula.

Kopi dengan aroma mawar ini ditanam di sisi timur Gunung Merapi di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Menurut Joko Susanto, sekretaris Kelompok Tani Subur Makmur dan penggiat kopi Dukuh Gumuk, penanaman kopi di sini mulai dilakukan pada tahun 2017.

Tujuan semula adalah meningkatkan penghasilan tambahan, di samping budidaya mawar dan tembakau yang sudah lama dilakukan oleh warga. Namun, seiring waktu, juga muncul tujuan untuk menjaga lahan pertanian agar tidak longsor karena wilayah tersebut merupakan daerah resapan air.

Keunikan itu ternyata menarik bagi berbagai pihak, termasuk Danone dengan produk Aqua, yang memiliki program konservasi air di daerah hulu aliran sungai, termasuk Dukuh Gumuk.

Sama seperti di daerah lain yang menjadi lokasi produksi Aqua, kopi dari Dukuh Gumuk ini kemudian diberi nama Kopi Tirto, dengan tambahan "Gumuk Merapi", dan diresmikan pada Selasa (18/2/2025).

"Peluncuran varian baru Kopi Tirto Gumuk Merapi merupakan salah satu rangkaian kegiatan hilirisasi dari program konservasi Aqua Klaten di kawasan alam Sub DAS Pusur, Dengan demikian upaya konservasi yang dilakukan di hulu juga diimplementasikan melalui pendekatan ekonomi melalui pemasaran hasil hutan bukan kayu yaitu budidaya kopi konservasi," kata Novan Yulianto-Kepala Pabrik PT Tirta Investama Klaten dalam pernyataannya.

Menanam kopi sebagai upaya konservasi

Tanaman kopi dianggap memiliki kemampuan menyerap air ke dalam tanah yang cukup baik sehingga dapat mendukung upaya konservasi untuk melindungi sumber daya air.

Dukuh Gumuk terletak di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur, yaitu bagian hulu yang merupakan kawasan resapan air.

Daerah ini penting karena menjadi sumber air utama bagi aliran Sungai Pusur yang mengairi lahan pertanian di Kabupaten Klaten, hingga bermuara di Sungai Bengawan Solo.

Bukan hanya itu, daerah resapan air ini juga penting untuk menyediakan air yang melimpah bagi sektor pariwisata, seperti umbul atau mata air di Klaten, hingga wisata river tubing.

Kopi Tirto untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Penanaman kopi di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur juga merupakan upaya konservasi yang sejalan dengan upaya Aqua untuk menjaga kelestarian daerah resapan air.

Oleh karena itu, Aqua mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan Nirudaya, lembaga yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi masyarakat, untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di daerah-daerah yang terkena dampak air.

Karena itu, pihaknya sejak 2020 meminta Aqua untuk fokus memasarkan panen kopi hasil penanaman di daerah tangkapan air tersebut.

Dari situ lahirlah Kopi Tirto, yaitu merek Aqua yang dibuat untuk mempromosikan hasil kopi di daerah hulu. Kopi Tirto memiliki tagline "kopi konservasi" karena biji kopi yang digunakan berasal dari kawasan konservasi dan juga produk ini mendukung upaya pelestarian konservasi.

Peresmian Kopi Gumuk Merapi

Hingga saat ini, Kopi Tirto telah mengembangkan produksi di beberapa wilayah hulu, seperti Wonosobo, Tanggamus, Pandaan (Pasuruan), Jempana (Kintamani), Subang, dan Solok. Kopi Tirto Gumuk Merapi adalah yang ketujuh.

"Kerjasama dengan petani kopi ini diharapkan dapat membuka pasar yang lebih luas sehingga kopi dengan aroma tembakau dan mawar ini dapat dinikmati lebih banyak orang," kata Martin.

Selain itu, dengan kerjasama, diharapkan produksi kopi akan meningkat dan kesejahteraan petani pun akan meningkat.

Kehadiran Kopi Tirto di Dusun Gumuk juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi konservasi dan penyerapan air melalui tanaman kopi yang bisa menahan tanah dari erosi dan menahan air agar tidak hilang begitu saja.

"Kita mengajar petani untuk menanam dengan membuat parit, sehingga air lebih banyak diserap, juga makin menyehatkan tanaman kopi," katanya.

Selain rorak, petani juga dilatih untuk membuat terasering, hingga mengurangi penggunaan bahan kimia untuk menjaga resapan air.

Menurut Martin, konservasi air memang sesuai nama Kopi Tirto. Adapun "tirto" adalah kata tirta dalam bahasa Jawa yang berarti air.

Pembayaran jasa lingkungan hidup, petani makin untung

Petani di Dukuh Gumuk juga memiliki potensi untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain dari penjualan kopi, melalui Pembayaran Jasa Lingkungan Hidup (PJLH).

Konsep itu adalah mengumpulkan pengguna air di DAS Pusur untuk memberikan imbalan kepada petani di Dukuh Gumuk atas upaya konservasi penjagaan daerah resapan air.

Pihak-pihak yang menggunakan air itu, di antaranya adalah tempat wisata, pabrik, petani, hingga perusahaan Aqua itu sendiri.

Sehingga skema PJLH membuat pengguna air di daerah bawah juga ikut berpartisipasi dalam konservasi di sumber air.

"Caranya dengan membayar sejumlah uang kepada masyarakat yang ada di hulu," kata Ratih.

Tetapi pelaksanaan PJLH menurut dia tidak semuanya diberikan dalam bentuk uang, melainkan juga bisa berupa pendampingan dalam penanaman kopi, seperti yang dilakukan Aqua bersama Nirudaya di Dukuh Gumuk.

Pembayaran PJLH dilakukan kepada komunitas tani di daerah yang melakukan konservasi. Besarnya nominal ditentukan oleh mitra Aqua, yaitu Pusur Institut.

Dengan demikian, setiap cangkir Kopi Tirto Gumuk Merapi yang kita nikmati bukan hanya menghadirkan keharuman mawar yang menggugah, tetapi juga membawa dampak besar bagi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan petani di lereng Merapi.

Posting Komentar