Kisah Junjung dan Fenny, Pasutri yang Disatukan Pernikahan Beda Agama

Tidak ada kata terlambat untuk menemukan pasangan yang tepat.
Junjung Handoyo Putro, berusia 42 tahun, menikah dengan Fenny Indah Kristanti, berusia 48 tahun, yang merupakan ibu tunggal, setelah menjalin hubungan yang berlangsung selama dua tahun.
Keduanya menikah secara resmi tiga bulan yang lalu, padahal mereka berasal dari latar belakang agama yang berbeda, Junjung sebagai seorang Muslim dan Fenny beragama Katolik.
Junjung dan Fenny bertemu di Universitas Gadjah Mada (UGM), di mana mereka menempuh pendidikan.
"Kami bertemu karena sama-sama alumni Universitas Gadjah Mada (UGM)," ungkap Junjung saat berbagi kisah perjalanan cinta mereka.
Setelah dua tahun berkenalan, Junjung merasa sudah waktunya untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
“Kami sudah saling mencintai dan menyayangi, kami punya komitmen yang sama. Ya sudah kami memutuskan untuk menikah,” ujarnya.
Pasangan ini tumbuh dalam lingkungan keluarga yang memiliki keyakinan religius.
Junjung berasal dari keluarga Muslim yang beragama Islam, sedangkan Fenny berasal dari keluarga Katolik.
Tapi, keduanya bersyukur karena keluarga mereka tumbuh dalam lingkungan yang toleran, dengan beberapa anggota keluarga yang juga menikah dengan latar belakang agama yang berbeda.
“Dari orangtua, kakak, dan mertua saya tidak tertutup. Keluarga saya tidak ada masalah. Bagaimana anak-anaknya menjalani dan memilih agama-agama sendiri juga tidak masalah,” kata Junjung.
Meskipun begitu, teman-teman Fenny pernah meragukan keputusan mereka.
“Ada orang bilang, seiman saja akhirnya berpisah, apa dengan yang berbeda agama. Perbedaannya terlalu kontras ya,” kata Fenny.
Fenny memastikan bahwa mereka memiliki visi yang sama tentang kehidupan pernikahan sebelum menerima lamaran dari Junjung.
"Saya lebih bersikap dewasa. Kesamaan itu penting, tetapi perbedaan itu juga penting," katanya.
Proses menuju pernikahan bukanlah hal yang mudah bagi keduanya.
Mereka harus mengurus pembatalan pernikahan Fenny yang sebelumnya di gereja dan memenuhi syarat administratif di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
“Kami menikah dengan akad sesuai syariat Islam. Kemudian kami melakukan pemberkatan di gereja,” kata Junjung.
Fenny menjelaskan bahwa untuk menyatakan pernikahan beda agama secara hukum, mereka harus melangsungkan pernikahan menurut agama terlebih dahulu.
“Jadi akhirnya memang harus menikah dulu secara agama, menerima surat nikah, baru diakui, dicatatkan di kantor urusan sipil. Kemudian menjadwalkan upacara pernikahan di gereja,” ujarnya.
Pasangan ini terlihat sangat kompatibel pada hari pernikahannya. Fenny mengenakan kebaya putih saat akad dan gaun anggun saat upacara pemberkatan, sedangkan Junjung tampil gagah dengan jas.
Setelah tinggal bersama pasangannya selama tiga bulan, Fenny merasa bahagia, meskipun mereka memiliki perbedaan keyakinan agama.
“Jika Pak Junjung lagi berpuasa, saya akan menemani dia walaupun saya belum mampu berpuasa. Tapi saya akan menemanimya saat sahur dan berbuka," katanya.
Fenny juga menambahkan bahwa perayaan Natal menjadi momen yang menyenangkan karena suaminya ikut merayakannya.
"Pak Junjung juga merayakan Natal. Kami sangat menikmati itu," ujar dia.
Junjung dan Fenny menyadari bahwa pernikahan beda agama bukanlah hal yang mudah, namun mereka saling menguatkan dan percaya bahwa cinta mereka mampu mengatasi semua tantangan.
"Perlu yakin dulu bahwa pernikahan beda agama itu sah. Harus jujur dan mengikuti sistem," kata Junjung.
Fenny juga menekankan bahwa perlu dihilangkan keraguan bagi pasangan beragama yang berbeda yang ingin menikah.
“Rasa ragu itu awal, jika terus-menerus ragu justru menjadi tanda peringatan. Jika ragu, sebaiknya mungkin tidak perlu dilakukan menurut saya,” ujarnya.
Fenny mengingatkan pasangan muda yang berencana menikah beda agama untuk memastikan kesiapan secara psikis dan emosional mereka.
, sama-sama mengupayakan,” pungkasnya.
Posting Komentar