Kisah Dandy, Nyaris Gagal Wujudkan Mimpi Jadi Dokter karena Sakit Gagal Ginjal

Muhammad Dandy Rizaldi Putra, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa), memiliki cita-cita menjadi dokter. Namun, mewujudkannya tidaklah mudah bagi Dandy karena ia harus menghadapi penyakit gagal ginjal. Bahkan, Dandy hampir kehilangan cita-citanya menjadi dokter ketika ia menerima vonis gagal ginjal pada tahun 2018 lalu.
"Saya bergabung di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tahun 2016. Kemudian pada tahun 2018, saya didiagnosis mengalami gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah, bahkan sampai menjalani transplantasi ginjal," kata Dandy kepada Basra, Senin (17/2).
Tidak ingin menyerah demi mewujudkan mimpinya menjadi dokter, Dandy rela menjalani cuci darah di sela-sela aktivitas kuliah. Hal ini berlangsung selama 6 bulan. Namun, kondisi tubuhnya yang terus memburuk membuat Dandy harus cuti kuliah.
"Terkena cuci darah di tengah-tengah kuliah. Namun, kondisi tubuh terus memburuk, akhirnya harus mengambil cuti kuliah di akhir tahun 2018," kata anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Kondisi tubuh Dandy yang tidak kunjung membaik memaksa dia untuk menjalani transplantasi ginjal. Rencana transplantasi ginjal ini tidak berjalan lancar, Dandy kesulitan mencari donor ginjal yang sesuai.
"Saya pernah mengalami masalah dengan pendonor, akhirnya harus mencari (pendonor) dari keluarga yang memiliki ginjal yang sesuai dengan saya," katanya.
Hingga akhirnya ibu Dandy rela mengorbankan ginjalnya sendiri untuk Dandy. Operasi transplantasi ginjal pun dilakukan. Namun usai menjalani operasi, kondisi Dandy sempat menurun. Dandy pun mulai kehilangan harapan untuk menjadi dokter seperti yang selama ini dia impikan.
"Saya sempat terjatuh setelah operasi. Tapi saya melihat perjuangan ibu saya yang sangat luar biasa, bahkan sampai mengorbankan ginjalnya. Dari situ saya mulai mencoba untuk bangkit dan berusaha sekuat tenaga untuk sembuh," katanya.
Tak hanya dukungan dari keluarga, terutama sang ibu, yang membuatnya mengumpulkan kembali semangat untuk sembuh dan melanjutkan kuliah. Dukungan dari kampusnya, FK Unusa, cukup memompa semangat Dandy.
"Saya sangat berterima kasih atas dukungan dari keluarga dan kampus, semoga Allah memberkati mereka semua. Dosen, dokter, dan teman FK bahkan sampai datang silih berganti menjenguk saya. Saya makin bertekad untuk bisa sembuh dan melanjutkan kuliah lagi," ujar Dandy.
Setelah kesehatannya membaik, di awal 2021 Dandy memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Ia pernah merasa tidak enak karena teman satu tahunan dan adik kelas harus kuliah bersamanya, namun Dandy mencoba menguatkan diri.
"Aku merasa sedikit terkejut karena kuliah sudah ketinggalan dan harus diikuti adik kelas. Itu saat aku baru saja kembali kuliah lagi. Namun aku mengabaikan pikiran itu. Aku harus bisa menyelesaikan kuliah dan menjadi dokter," tekad Dandy pada saat itu.
Hingga akhirnya, pada Kamis (20/2) nanti, jika tak ada halangan, Dandy akan diwisuda menjadi dokter. Ini adalah hasil dari perjuangan yang tak pernah menyerah yang dilakukan Dandy selama hampir sepuluh tahun.
"Alhamdulillah besok Kamis nanti saya diangkat jadi dokter. Saya juga tidak menyangka akan mencapai titik ini. Tadinya saya sudah hampir menyerah (melepaskan cita-cita menjadi dokter)," ujar Dandy penuh haru.
Posting Komentar