Kisah Annisa, Anak Buruh yang Lulus Kedokteran Undip dengan IPK 3,96

- Meski dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga sederhana, Annisa Himmatul tak pernah menyerah untuk mewujudkan impian jadi dokter.
Dia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip). dr. Annisa Himmatul berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang hampir sempurna yaitu 3,96.
Dia mencapai prestasinya berkat kerja keras dan dukungan lingkungan akademik yang bagus. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Annisa tumbuh dalam keluarga sederhana, tetapi yang menghargai pendidikan.
Ayahnya bekerja sebagai buruh di sebuah toko mebel dan ibunya yang bekerja sebagai penjahit. Ia sudah sangat ingin menjadi dokter sejak kecil.
Saat itu pernah juga tertindak lanjuti impian kuliah di Fakultas Kedokteran
Namun, melihat kondisi ekonomi keluarganya membuatnya sempat menyimpan harapannya. Saat memasuki kelas 10, dia memperoleh motivasi untuk menjadi seorang dokter lagi dengan melihat salah satu temannya yang berhasil mendapatkan beasiswa ke Fakultas Kedokteran, hal ini membuatnya optimis bisa mencapai mimpinya sebagai seorang dokter.
Dia sangat bersyukur, akhirnya ia diterima di FK Undip dan selama berkuliah ia mendapatkan beasiswa Bidikmisi, yang sekarang dikenal sebagai Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah). Oleh karena itu, selama kuliah di Kedokteran Undip, ia tidak perlu membayar biaya kuliah dan ia bahkan mendapatkan bantuan biaya hidup.
Katakan lain, hal itu tidak berarti dia bisa hidup boros. Agar bisa menghemat biaya, Annisa harus berjalan kaki dari rumahnya yang berada di Rusunawa Undip menuju kampus, sebelum akhirnya perkuliahan digelar secara daring karena masa pandemi Covid-19.
Di Undip, Annisa merasa sangat bersyukur karena merasakan lingkungan akademik yang inklusif dan mendukung. Ia merasa didukung bukan hanya oleh teman-temannya, tetapi juga oleh para dosen yang selalu berinisiatif memberikan motivasi.
“Alhamdulillah, saya bersyukur bisa bertemu dengan banyak teman yang selalu mendukung saya, baik secara emosional maupun dalam hal lain. Tidak ada perbedaan meskipun latar belakang ekonomi saya sangat berbeda dengan teman-temannya.”
Apakah Anda memiliki strategi pembelajaran yang efektif?
Selain itu, Annisa juga mengakui bahwa berbagai elemen memiliki peran penting dalam proses pembelajarannya.
Tanpa mereka, saya tidak akan bisa sampai di titik ini. Ia berterima kasih pada ‘guru-guru’ (ruperti wicht doodhs bedagang fisi yang diawetkan untuk belajar materi kedokteran) dan pasien-pasien yang sudah memperbolehkannya untuk belajar saat OKAS. Tanpa mereka, saya dan teman-teman tidak akan bisa menjadi dokter itu," ujarnya dengan penuh rasa terima kasih.
Pertanyaan terhadap tentang kunci kesuksesannya dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Undip, Annisa menekankan pentingnya mengenali kemampuan diri sendiri dan menerapkan strategi belajar yang efektif.
"Harus tahu kemampuan diri sendiri, belajar lebih ekstra sesuai dengan materi, dan pastinya banyak berdoa," katanya.
Dr. Annisa benar-benar seorang anak yang tekun dan berprestasi semenjak masa SMA dan aktif mengikuti berbagai kegiatan akademik dan non akademik.
Setelah menyelesaikan studinya, Annisa kini menunggu untuk ditempatkan pada program magang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Saya ingin melanjutkan studi ke tingkat S2
Program ini merupakan tahap kritis bagi sarjana kedokteran sebelum mereka dapat berlatih praktik secara profesional.
"Setelah internship, saya rencanakan untuk bekerja sedangkan saya mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang S2," tambahnya.
Kisah Annisa menunjukkan bahwa Universitas Diponegoro tidak hanya menyediakan pendidikan yang baik melainkan juga memberikan dukungan kepada mahasiswanya secara keseluruhan.
Mulai dari beasiswa, lingkungan akademik yang inklusif, serta fasilitas pembelajaran yang memadai.
Undip terus meningkatkan komitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki jiwa peduli dan profesionalisme tinggi dalam dunia medis.
Posting Komentar