Bukannya ke UI,Alasan SMAN 6 Depok Study Tour sampai ke Jatim Bikin Dedi Mulyadi Tertawa: Ngapain
Dedi Mulyadi tertawa saat mendengar alasan siswa SMAN 6 Depok melakukan perjalanan studi ke Jawa Timur dan Bali pada Senin, 17 Februari 2025.
Diketahui, Dedi Mulyadi baru-baru ini membuat kebijakan melarang sekolah untuk menyelenggarakan study tour yang menjadi sorotan.
Namun kebijakan tersebut dilanggar oleh SMAN 6 Depok dengan tetap mengirim 347 siswa kelas XI hingga 24 Februari 2025.
Gubernur Jawa Barat pun meminta maaf karena telah membuat kebijakan yang membuat banyak orang marah.
Meskipun begitu, Dedi tetap tidak mengubah kebijakan tersebut.
Sekarang, Syahri Ramadhan yang menjabat sebagai Plt Kepala SMAN 6 Depok, menyampaikan pendapatnya.
Dia mengatakan, kegiatan itu sebenarnya bukanlah study tour, melainkan kunjungan objek belajar.
Dalam kegiatan tersebut, para siswa mengunjungi empat kampus yang bekerja sama dengan SMAN 6 Depok.
"Menurutnya, itu memang keinginan ada satu program di sekolah, program kegiatan kelas yang katanya study tour, di sini disebutnya kunjungan objek belajar," kata dia.
"Sebenarnya tujuan kunjungan ke kampus-kampus, ada empat perguruan tinggi yang kebetulan sudah kerjasama," kata sumber, seperti dikutip dari tayangan di kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL.
Oleh sebab alasan ini, Dedi langsung memotongnya.
Menurut Dedi, di Depok sebenarnya terdapat kampus terbaik yaitu Universitas Indonesia (UI).
"Jauh-jauh dari kampus, di Depok ada UI, apa sih yang menjadikannya jauh-jauh?," ujar Dedi tertawa.
"Kita sudah bekerja sama. UI-nya juga sudah berkunjung. Ke I juga sudah," timpal Syahri.

Dedi menekankan, sekarang bukan lagi memikirkan kunjungan, tapi merencanakan bagaimana siswa Depok bisa diterima di UI.
.
Syahri Ramadhan, yang mewakili SMAN 6 Depok, kemudian minta maaf tiba-tiba.
Tapi permohonan maaf tersebut malah balasannya diberikan Dedi.
"Enggak, enggak, enggak usah minta maaf sama saya. Saya yang minta maaf bikin kebijakan yang bikin marah banyak orang," kata Dedi.
Dia menekankan niatnya melarang sekolah mengadakan study tour karena banyaknya kecelakaan yang melibatkan korban pelajar.
Termasuk sekolah-sekolah di Depok yang mengalami kehilangan jiwa saat mengadakan study tour ke Ciater beberapa waktu lalu.
"Lokasinya tidak jauh dari sekolah kami," timpal Syahri.
"Apa tidak trauma? Ke Jawa Timur naik bis. Memang sekolahnya tidak tahu ada surat edaran dari Pj Gubernur?" kata Dedi.
Syahri berpikir bahwa surat edaran Pj Gubernur Jabar bukanlah sebagai larangan, melainkan sebagai saran.
Apa kamu tahu, memang saya sudah mengatakan hal ini kemarin juga, kami menginterpretasikannya kurang tepat.
Kami pikirnya kalau imbauan itu bukan larangan, karena di dalamnya (isi) kecuali sudah kerjasama," ujar Syahri.
Dia juga memberikan alasan untuk membawa siswa ke Jawa Timur karena kebanyakan siswa SMAN 6 Depok melanjutkan jenjang pendidikan dengan kuliah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Di UI) tidak bisa Pak, kurang bersaing. Bisa, tapi presentasinya kurang besar," kata Syahri.
Polemik study tour SMAN 6 Depok memang menjadikan Dedi menjadi sorotan.
Ia mengakui, larangan piknik atau study tour untuk sekolah-sekolah di Jawa Barat bakal menimbulkan kekecewaan.
Termasuk kekecewaan yang mungkin dialami oleh para siswa yang sudah siap berangkat wisata belajar.
Hal ini diungkapkan Dedi dalam unggahan-unggahannya pada Senin (24 Februari 2025).
"Kebijakan larangan piknik yang orang menyebutnya study tour, kemudian studi kunjungan industri dan sejenisnya, itu tentu saja menyebabkan kekecewaan bagi para siswa yang akan berangkat," kata Dedi, seperti yang dikutip dari akun Instagramnya.
Meski demikian, Dedi tidak keberatan menjadi sasaran kemarahan akibat kebijakan larangan tersebut.
Dia mengaku tidak mempermasalahkan jika dirinya dicaci maki karena hal tersebut.
"Saya tidak ada masalah jika saya dicaci maki, disebut Dedi Mulyadi atau apa pun," tegas Dedi Mulyadi.
"Sebagai seorang orang tua, saya melakukannya demi kebaikan semua," katanya.
Dedi Mulyadi juga menyebutkan soal kondisi keuangan orang tua siswa di Jawa Barat.
Karena sebagian besar orang tua di Jawa Barat tidak memiliki kemampuan untuk memberikan biaya untuk piknik atau tour belajar anaknya di sekolah.
Karena hal ini, orang tua yang tidak mampu malah berakhir terlilit utang.
"Siswa yang kaya-kaya mungkin tidak akan mengalami kesulitan keuangan keluarga," kata Dedi.
"Tapi bagi mereka yang orang tuanya pas-pasan, membuat makan pun sulit. Itu harus menimbulkan beban utang, simpanan emas, pinjaman, bank keliling," imbuhnya.

Jadi, anaknya bisa marah karena tidak bisa ikut study tour atau piknik.
Namun dari semua kemarahan itu, menurut Dedi, suatu saat akan menjadi kebahagiaan.
Ketika seorang siswa ini bisa memahami dan merasakan maksud dari sikap orang tuanya.
"Tentu saja sebagai orang tua bisa jadi anaknya marah. Diarahkan untuk bagaimana memasak, bagaimana berkebun, bagaimana mengembangkan pertanian peternakan, bagaimana ikut bekerja, bagaimana membuat robot, dan sejenisnya," kata Dedi.
Tapi semua kemarahan itu suatu saat akan menjadi kebahagiaan, ketika Anda dewasa.
"Ketika Anda sudah merasakan makna dari sikap orang tua yang membangun arah pendidikan yang jelas bagi anak-anak mereka," kata Dedi, seperti dilansir TribunnewsBogor.com.
Googlenews
Posting Komentar