Akhirnya Akui Boikot Berdampak Signifikan dan Bebani Perusahaan, Ini Rencana CEO Starbucks
"Boikot tidak didasarkan pada sesuatu yang akurat atau benar. Kami tidak pernah mendukung militer mana pun," kata Niccol kepada Bloomberg, Jumat (14/2/2025).
Niccol menjabat sebagai CEO Starbucks pada September 2024 dengan target meningkatkan bisnis perusahaannya. Tidak hanya boikot, Starbucks tengah menghadapi berbagai tantangan lain seperti masalah waktu tunggu konsumen dan kenaikan harga jual produk minuman kopi mereka.
Untuk pasar Timur Tengah, Starbucks rencananya menambah 500 toko baru dengan target membuka 5.000 lapangan pekerjaan dalam 5 tahun mendatang. Saat ini, Starbucks memiliki 1.300 cabang di Timur Tengah di bawah kendali konglomerat Alshaya Group yang memegang lisensi penjualan Starbucks di wilayah tersebut.
Selain Timur Tengah, menurut Niccol, Starbucks juga akan membuka beberapa toko baru di Cina, meski perusahaan berada dalam kondisi sulit di tengah kondisi pemulihan ekonomi yang tidak seimbang dan persaingan dengan kompetitor yang menjual minuman kopi dengan harga yang lebih murah. Niccol telah berkunjung ke Cina pada bulan Januari lalu.
Untuk bisnis perusahaan di Amerika Utara, sejak menjabat sebagai CEO Starbucks, Niccol fokus pada restrukturisasi peringkat perusahaan dengan mengurangi kompleksitas bisnis, mengurangi lapisan manajemen, dan menunjuk orang-orang tertentu untuk bertanggung jawab atas tujuan bisnis. Restrukturisasi tersebut mungkin akan berdampak pada pengumuman pemutusan hubungan kerja pada Maret 2025.
Berdasarkan data penutupan pasar saham pada Rabu pekan lalu, harga saham Starbucks meningkat 24 persen. Kenaikan itu terjadi setelah Starbucks mengumumkan bahwa penurunan penjualan di bulan Januari telah mengalami perbaikan.
, Ahad (24/11/2024).
Sebagai bagian dari upaya pemulihan, Starbucks mempertimbangkan untuk menjual saham operasionalnya kepada investor lokal atau perusahaan ekuitas swasta yang tertarik berinvestasi di Cina. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat keberadaan Starbucks di pasar tersebut dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen lokal yang lebih mendalam.
Selain fokus pada penurunan penjualannya di Cina, Starbucks juga memperhatikan penurunan daya beli konsumen secara global. Dalam upaya memulihkan kinerjanya, perusahaan berencana menjajaki kemitraan strategis yang dapat membantu memperkuat daya saingnya di pasar yang semakin berubah ini.
"Strategi kami adalah mengembangkan kemitraan yang kuat untuk menciptakan nilai jangka panjang. Ini termasuk menjajaki opsi kemitraan yang dapat membantu kami berkembang lebih cepat di China dan pasar global lainnya," kata Niccol.

Posting Komentar