Perjuangan Zaenudin Hidup di Jakarta: 10 Tahun Memulung, Kini Jadi Pedagang Gorengan

Hidup di Jakarta merupakan perjuangan besar bagi Zaenudin (42). Setelah 10 tahun lamanya hidup sebagai pemulung, warga Muara Angke, Jakarta Utara itu membantahkan takdir menjadi pedagang gorengan.
Sementara menempati pekerjaan menjadi pemulung, Zaenudin pernah mencari selalu gelas plastik di area sekitar Muara Angke, baik di kawasan pelabuhan maupun sekitar pemukiman warga.
Namun, pemasukan dari memulung langsung tidak dengan mudah mencukupi kebutuhan Zaenudin dan keluarganya. Apalagi, mencari botol dan gelas plastik menjadi semakin sulit.
Harga tengah jual botol dan gelas plastik dianggap murah sehingga tidak seimbang dengan tenaga dan keringat Zaenudin yang dikeluarkan.
, Selasa (14/1/2025).
Berangkat dari kesulitan itu, Zaenudin berpikir keras untuk mencari peluang usaha baru yang dapat mengubah kehidupannya.
Dia akhirnya memutuskan untuk menjual gorengan di Pelabuhan Muara Angke.
Agar urusannya berjalan lancar, Zaenudin minta ijin kepada pihak pelabuhan untuk membuka stand jajanan gorengan. Pada Monroe, petugas dari Pelabuhan Muara Angke menyetujui permintaannya.
"Sebenarnya ayah tadi dulu juga beceruk atau penghancur sampah, mereka sudah kenal. Karena mungkin mereka simpati dan bisa mengerti karena ayah sedang sering membuang (plastik) Aqua ke laut, ya, maka sudah diberi izin untuk berdagang di sini," kata Zaenudin.
Sekarang sudah tiga tahun Zaenudin menjual gorengan di daerah Pelabuhan Muara Angke dengan menggunakan gerobak kayunya.
Zaenudin merasa berterimakasih bisa mendapatkan tempat menjual barang tanpa harus membayar.
"Aku pernah di sini. Alhamdulillah petugasnya baik-baik, yang penting menjaga kebersihan. Di sini aku enggak harus membayar sejak awal," kata Zaenudin.
"Apakah masih memungkinkan bagi omnichannel eksperimental bertumbuh menjadi elemen pusat pengalaman pelanggan di tahun 2023?"
Dengan keuntungan tersebut, memang tidaklah mudah bagi Zaenudin untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Lebih-lebih lagi, ia harus menghidupi istrinya dan kelima anaknya.
"Selama tujuh hari, beras bisa habis dalam jumlah sekitar tiga liter. Jika ditambah dengan lauk, total belanja makanan biasanya mencapai Rp 120.000," kata Zaenudin.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, istri Zaenudin setiap hari mencari barang bekas untuk dijual kembali.
IA: "Istri pun mencari juga, mencari sisa makanan dari tempat pembuangan sampah. Jika pengeluaran mereka habis Rp 200.000 perhari, mudah untuk diliputi krisis."
Posting Komentar