Peran Keluarga Maslahat sebagai Pilar Transformasi Bangsa

Daftar Isi

Keluarga bermanfaat NU adalah konsep strategis untuk menjawab tantangan mendesak, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perkawinan anak, stunting, krisis lingkungan, dan ancaman ekstremisme. Dalam konteks ini, Pusat Kajian Masalah Kemasyarakatan NU menggarisbawahi peran keluarga sebagai agen transformasi sosial yang tidak hanya melindungi anggota keluarganya tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas.

Tantangan yang dihadapi oleh keluarga di Indonesia kian kompleks, terutama di era digital. Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) menunjukkan bahwa pada 2024 tha ada 28.568 kasus kekerasan, sebagian besar melibatkan perempuan dan anak. Ini menunjukkan pentingnya intervensi yang diselenggarakan sistematis oleh berbagai pihak, termasuk keluarga, sebagai garis pengaman terdepan dalam mencegah kekerasan dan menciptakan lingkungan yang ramah.

GKMNU memperkenalkan enam aspek keluarga yang baik, yaitu keluarga yang: keluarga yang baik, sehat, sejahtera, moderat, terdidik, dan cinta alam. Aspek-aspek ini dirancang untuk menjawab kebutuhan keluarga secara menyeluruh. Misalnya, dalam aspek keluarga sehat, fokusnya adalah mengatasi tantangan rendahnya tingkat gizi melalui pendidikan gizi dan pola makan seimbang. Keluarga diminta untuk menjadi bagian dari solusi atas masalah kesehatan yang menghambat kualitas penyediaan sumber daya manusia di Indonesia.

Dalam lingkungan keluarga moderat, GKMNU menanamkan nilai-nilai moderat beragama sejak dari awal. Keluarga diharapkan menjadi penjaga melawan ekstremisme dengan melahirkan toleransi dan mengapresiasi keberagaman. Pendidikan agama di lingkungan keluarga diarahkan pada nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, yang relevan dengan kehidupan multikultural di Indonesia.

Moderasi beragama dalam keluarga mencakup kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Ini mengajarkan anggota keluarga, terutama anak-anak, untuk mengetahui pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan membentuk sikap inklusif. Dengan nilai-nilai ini, keluarga bisa menjadi contoh perubahan di masyarakat untuk menciptakan harmoni sosial yang luas.

Selain itu, moderasi beragama dalam keluarga juga dapat menapis pengaruh negatif, seperti radikalisme yang aktif memanfaatkan media digital. Dengan membangun pengetahuan agama yang kuat dan relevan, keluarga mampu memberikan pengertosan agama kepada anggota-anggotanya yang mendalam, relevan dengan konteks, dan sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini menjadikan keluarga sebagai pertahanan yang tangguh di hadapan berbagai klimaks ideologi yang dapat menantang keharmonisan bangsa.

Keluarga juga memegang peran penting dalam mencegah pernikahan anak, isu yang masih relevan di Indonesia. Menurut data BPS, sebanyak 1 dari 9 gadis berusia di bawah 18 tahun menikah. Hal ini tidak hanya mempengaruhi pendidikan dan kesehatan mereka, tetapi juga dapat menghambat potensi mereka untuk berpartisipasi secara produktif di masyarakat. GKMNU melaksanakan pendidikan bagi keluarga untuk mengubah norma sosial yang mendukung pernikahan anak dan mempromosikan perkawinan yang sehat dan bermartabat.

Bukan hanya itu, dimensi cinta alam selalu menjadi perhatian penting. Saat ini, krisis lingkungan yang menghampiri, keluarga diharapkan menjadi pionir gaya hidup ramah lingkungan. Konsep keluarga bebas kotoran diperkenalkan untuk mengurangi limbah rumah tangga dengan cara daur ulang dan memanfaatkan kotoran. Dengan menyatukan nilai-nilai keindahan dan kelestarian lingkungan, keluarga dengan mudah akan menjadi agen perubahan yang signifikan untuk menjaga keberlanjutan alam.

Khidmah Nahdlatul Ulama

Gerakan ini merupakan bentuk ketaatan kepada aktivitas Nahdlatul Ulama yang inklusif dan strategis. GKMNU melibatkan berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, pemerintah, dan komunitas lokal, untuk memastikan implementasi program berjalan efektif. Pendekatan kolaboratif ini menunjukkan semangat NU sebagai organisasi yang selalu merangkul berbagai elemen masyarakat dalam menciptakan kebaikan.

Pentingnya peran keluarga berkesan dalam perolehan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Keluarga yang bermanfaat memberikan kontribusi pada pengurangan kemiskinan, peningkatan pendidikan, pencegahan penyakit, dan pelestarian lingkungan. Lewat keluarga, nilai-nilai kebaikan dapat ditanamkan secara efektif untuk memberikan dampak yang berkelanjutan bagi masyarakat dan bangsa.

Hari Raya Kemerdekaan Umat Islam yang ke-102 menjadi momentum refleksi bersama untuk menegaskan posisi keluarga sebagai penopang perubahan bangsa. Keluarga tidak hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan, tetapi juga sebagai tempat pembelajaran nilai-nilai agama, moral, dan sosial. Dari keluargalah generasi masa depan Indonesia dibentuk untuk menghadapi tantangan global sambil tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan spiritual.

Agar mencapai Indonesia Emas 2045, keluarga harus dijadikan sebagai pusat dari semua kebijakan pembangunan. Pendekatan berbasis keluarga tidak hanya memastikan kesuksesan program pemerintah tapi juga menciptakan dampak jangka panjang yang menyeluruh. Dengan adanya GKMNU, NU telah menunjukkan komitmenya dalam mendukung agenda pembangunan nasional melalui pemberdayaan keluarga.

Tapi, perjalanan ke arah keluarga yang baik bukanlah tanpa kesulitan. Perubahan sosial yang cepat, tekanan ekonomi, serta arus berita di era digital sering kali mengganggu kestabilan keluarga. Karena itu, Komisi Keluarga Nasional Indonesia (GKMNU) hadir untuk memberikan bimbingan praktis dan strategis kepada keluarga Indonesia agar tetap kuat dan relevan di setiap zaman.

Kita semuanya memiliki tanggung jawab untuk mendukung gerakan ini. Baik sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, maupun organisasi, kontribusi kecil kita akan memberikan dampak besar jika dilakukan bersama-sama. Melalui Harlah ke-102 ini, mari jadikan keluarga relawan sebagai prioritas utama dalam setiap langkah kita untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Raya Hari Sumpah Pemberontakan ke-102 Budi Pekerti Musyawarah bukan hanya tentang hari besar, tetapi juga tentang menguatkan peran rumah tangga sebagai dasar masyarakat. Dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan kelestarian di setiap rumah, kita optimis untuk mewujudkan cita-cita Maju Bangsa Berkerya 2045. Rumah tangga yang bermoral adalah kunci menuju bangsa yang kuat, sejahtera, dan bermartabat.

Mari kita jadikan keluarga sejahtera menjadi gerakan nasional yang Tidak hanya dirayakan kali ini melainkan juga menjadi tiang perubahan kehidupan sosial yang berkelanjutan. Dengan sinergi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, kita mampu meringankan penderitaan, mengatasi tantangan zaman dan menciptakan ekosistem kehidupan yang harmonis dan berkeadilan.

Gerakan Keluarga Maslahat NU adalah lembaga yang mengakar pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Terbitnya gerakan NU menunjukkan bahwa NU bukan hanya sebagai penjaga nilai agama, tetapi juga sebagai pendorong perubahan sosial yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Keberhasilan gerakan NU tidak hanya diukur dari angka, tetapi dari dampak nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dengan penuh semangat Diingatkan ke-102 Harlah NU, marilah kita menjadikan keluarga yang berintegritas sebagai fondasi menuju masa depan bangsa yang lebih cerah. Karena dari keluarga yang kuat dan berintegritas, akan muncul pneumonia generasi emas yang membawa kesuksesan Indonesia di pentas dunia.

Posting Komentar