Jangan Hancurkan Kepercayaan Diri Anak dengan 5 Sikap Berikut

Penting bagi pertumbuhan emosi dan sosial anak dan mengajarkan mereka berhadapan dengan tantangan, mengambil risiko, dan mengandalkan kemampuan diri. Akan tetapi, adakalanya perilaku tertentu -- yang hampir selalu tidak disengaja -- dapat merusak kualitas penting ini.
.
Jangan dikritik terus-menerus
Anak tumbuh dengan dorongan. Tetapi kritik yang terus-menerus dapat meninggalkan bekas luka emosi yang tak terlihat. Mengoreksi kesalahan memang penting tapi jika nadanya kasar atau terlalu sering bisa membuat anak mempertanyakan kemampuannya. Fokus pada umpan balik yang membangun. Alih-alih mengatakan, “Kamu selalu membuat berantakan,” cobalah, “Ayo kita cari cara merapikannya lain kali.”
Membandingkan dengan orang lain
Pernyataan seperti, “Mengapa kamu tidak seperti saudaramu?” dapat sangat menyakitkan hati anak. Perbandingan tersebut membuat anak merasa tidak mampu dan dapat menimbulkan kebencian terhadap orang yang dibandingkan. Terimalah kekuatan dan kelebihan unik anak. Bufailah perbandingan dengan pujian yang bersifat pribadi, seperti, "Ayah suka betapa kreatifnya idemu!"
Perlindungan yang berlebihan
atau kekecewaan, perlindungan yang berlebihan dapat menghalangi kemampuan mereka untuk mengatasi sulitnya. Anak yang tidak diperbolehkan membuat kesalahan dapat tumbuh dengan meragukan kemampuan mereka sendiri. Biarkan mereka menyelesaikan masalah-masalah kecil secara mandiri. Mulailah dengan tugas-tugas yang sederhana seperti mengemas tas sekolah atau menyelesaikan konflik kecil dengan teman seusianya.
Mengabaikan prestasi anak
Tidak mengakui usaha atau keberhasilan anak, baik besar maupun kecil, bisa membuatnya merasa tidak didukung. Lama-kelamaan, ia mungkin akan berhenti mencoba karena merasa usahanya tidak penting. Rayakan setiap pencapaian, bahkan yang terkecil pun.
Ucapan sederhana, "Saya bangga padamu karena sudah mencobanya!" akan sangat membantu membangun kepercayaan diri anak itu sendiri.
Memberi label negatif
Mengatakan seseorang malas, pemalu, atau canggung mungkin terlihat tidak berbahaya pada awalnya. Tetapi label seperti itu dapat tertanam dan membentuk penilaian untuk seseorang. Seiring waktu, mereka mungkin akan mengerti maknanya dan mulai percaya bahwa kata-kata itu memang sesuai untuk mereka. Fokuslah pada perilakunya, bukan sifatnya. Daripada mengatakan, "Kamu malas sekali," cobalah katakan, "Ayo kita berusaha untuk lebih galak dalam menjalankan tugas-tugasmu."
Posting Komentar