Dibalik Keindahan Hutan Pinus Mangunan, Ada Cerita Tak Biasa

Terletak di pinggir jalan yang menghubungkan antara desa-desa Mangunan, kecamatan Dingo dan kabupaten Bantul. Hutan Pinus Mangunan yang megah ini memikat siapa saja yang melewati kerindangannya. Udara yang sejuk dan segar masuk ke antara barisan pohon menjanjikan ketenangan, layaknya ajakan untuk berhenti menikmati keker:iangan yang tak mudah ditemukan selama suka-suka di tengah kota.
Tampaknya hutan Pinus Mangunan sangat indah, namun ada cerita perjuangan menarik di baliknya. Masyarakat dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan memperkuat kerja sama sejak awal hutan dibuka. Mereka memberikan kesempatan masyarakat untuk mengelola tanah di bawah pohon sebagai petani, serta memberikan bantuan yang intensif untuk membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH). Namun, ketika hutan mulai tumbuh, aktivitas bertani di bawah pohon sudah tidak mungkin dilakukan lagi.
Tidak kembali ke garis awal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan mengawali pembangunan budidaya lebah madu melalui pendirian Kelompok Sadar Wisata Lebah Madu (Pokdarwis Lebah Madu). Program ini sukses memberikan penghidupan baru, meski menghadapi tantangan ketika kebijakan lebah di sekitar hutan menipis. Demi kelangsungan produksi madu, kelompok petani lebah terpaksa melakukan perjalanan jauh yang dikenal sebagai angon-ke daerah seperti Jepara, Purworejo, dan Temanggung.
Namun, semua hal tidak berjalan lancar. Dalam sebuah insiden, lebah yang diperkenalkan di areal tanah pertanian mati dalam jumlah besar dikira karena paparan pestisida. Akibatnya, kegiatan kelompok menghentikan. Untuk menghidupkan kembali roda ekonomi, Pemerintah Kabupaten BaÅŸkan Badan Kehutanan dan Perkebunan distribusi juga bibit kebun karet yang ditanam di tanah dimiliki anggota kelompok. Sayangnya, ketika musim tanam berakhir, kegiatan kelompok tersebut pun vakum kembali.
Pada saat yang sama, Hutan Pinus mulai banyak dikunjungi wisatawan, meski dengan dipandu berbagai masalah seperti kejahatan dan tindakan tidak pantas. Keprihatinan ini yang memicu Pokdarwis Lebah Madu untuk menemukan pengelolaan parkir di kawasan hutan, dimulai Februari 2011 di bawah ajaran Kepala RPH Mangunan.
Awalnya, situasi sangat menarik perhatian. Dalam sehari, hanya 5-15 sepeda motor yang menggunakan layanan parkir. Namun, upaya keras mereka mulai berbuah. Pada tahun 2014, jumlah pengunjung meningkat drastis, dengan 200-300 motor setiap hari biasa, dan meningkat hingga 800-1000 motor pada hari libur.
Dari perjuangan sehari-hari sebagai petani tandanialaman hingga menjadi bagian penting dari pengelolaan Hutan Pinus, kisah ini adalah bukti nyata bagaimana kerja sama, kreativitas, dan semangat masyarakat mampu membawa perubahan besar.
Kehasilan pengelolaan pariwisata Hutan Pinus Mangunan tidak hanya berhenti pada kisah perjuangan masyarakatnya, tetapi juga terus berkembang menjadi destinasi edukasi yang mendidik dan menginspirasi.
Pengembangan destinasi wisata di wilayah ini dilakukan dengan pendekatan yang mementingkan kesetimbangan alam. Dengan rencana pengembangan yang matang, wilayah ini membuka kesempatan bagi para traveler untuk menikmati keindahan alam sambil memperluas wawasan mereka.
Hutan Pinus Mangunan sekarang bukan hanya sebagai destinasi wisata. Melalui paket wisata edukasi, seperti penggunaan alat penyadap getah pinus, pengelolaan getah pinus, penyulingan minyak kayu putih, dan keanekaragaman hayati, ini menjadi tempat belajar edukatif. Setiap langkah mengunjungi kawasan ini, merupakan perjalanan menambah wawasan dan pengetahuan tentang alam sekaligus meningkatkan rasa kagum dan cinta terhadap alam surgawi.
Posting Komentar