Dari Mama, Sa Belajar Hal Ini

Pagi tadi ketika Sa sedang membersihkan rumah, Sa memutar lagu kesayangan Mama, yaitu "Whispering Hope". Sa ingat, dulu Mama selalu memutar lagu ini berulang kali, setiap bulan Desember tiba.
Semua tiba-tiba, rasa berharap semakin kuat untuk mendengar Mama. Pasti karena mendekatnya kematian ibu. Sangat sadar ada air mata mengalir. Sudah 40 tahun Su dengan kakak dan adik semuanya merayakan Natal bersama ibu.
Ma, ...…Kita selalu rindu dengan rumah kami. Ibunda selalu mengajarkan kami untuk hidup hemat dan kreatif. Ibunda ingat lagi, bukan?... pasti saat Natal tiba, Ibunda selalu meminta kami untuk membersihkan rumah.
Maka tempel lilin lilin sisa yang biasa ibu gunakan untuk berdoa dikompos dengan minyak tanah. Lantai yang semennya jadi mengkilap.
Jika tidak, Ibunda meminta kakak menggosoknya (ubi) dengan ampas kelapa. Ampas kelapa yang sisa remasan santan, untuk dicampur dengan sayur ubi dan kepala ikan kering.
Ibu juga mengajarkan kami untuk selalu hidup bersih. Ibu bilang, mengingat rumah kita tidak mewah, tapi harusnya bersih. Biar orang yang datang merasa senang. Bila membuka pintu, Ibu langsung memberikan contoh, tanpa perlu banyak yang diomongkan. Ibu memang suka dengan segala hal yang bersih.
Saat kami masih tidur nyenyak pada pagi hari, Ibu telah menyelesaikan membersihkan rumah dan menghidangkan sarapan untuk kami. Tidak lupa, ia juga menyediakan air panas agar kami dapat mencuci muka karena suhu udara sangat dingin.
Pertama-tama,jika Mama selalu membuat nasi goreng untuk kami, biasanya hanya menggunakan irisan bawang merah dan garam. Menggunakan saus atau kecap tidak perlu, tapi rasa nasi gorengnya seperti makanan istimewa di restoran yang harganya sangat mahal.
Setelah itu ibu memberikan kami nasi goreng yang lezat itu. Ibu tahu sudah, bahwa perut kami sebenarnya cukup dengan porsi yang ibu bagikan. Selalu terasa pas, tidak sedikit, tidak pula banyak.
Biasanya kita sudah duduk di sekitar meja makan, sudah mengenakan seragam, dan kemudian berdoa sebelum makan pagi. Mama sebelumnya sudah mengajarkan kami untuk menyyukuri makanan yang ada pada hari itu.
Lalu ketika makanan masih ada sisa di piring, mama bilang "nasinya menangis kalau tidak habis". Ternyata Mama sedang mengajarkan kami agar tidak membuang makanan yang masih ada.
Mama tahu kah.....Anda pernah mencoba mendengar bagaimana nasi menangis? Meskipun Anda pernah mendengar bagaimana suara tangisannya, piring makan kami selalu bersih, Ma...karena Mama sudah tahu persis kekuatan perut kami.
Ma.......Kenangan Sa tentang Mama hanya kisaran 12 tahun, tapi ada banyak hal baik yang dilakukan Mama yang masih sangat Saku ingat sampai hari ini.
Ada dua tamu istimewa Mama, hampir setiap hari, menemani Mama dalam setiap hari-harinya. Dua orang yang mungkin bagi orang lain bukan siapa-siapa, tapi bagi Mama, mereka sangat istimewa!
Mama tidak pernah menyadari penolakan mereka, bagaimana pun caranya Mama bisa memesankan pesan dan memahami apa yang mereka bicarakan, hanya Mama yang begitu paham.
Lalu, sering Mama dapat menyisipkan sesuatu pada berbagai baru tiba, entah uang yang jumlahnya tidak seberapa, entah gula, beras atau pakaian, ke dalam keranjang anyaman para penjual sayur yang datang ke dapur Mama.
Melihat Ibu melakukannya dengan penuh gembira, tanpa tekanan, dan Ibu tiru pernah bilang apa saja ke mereka. Padahal, ada tujuh orang anak yang juga masih bersekolah. Tapi Ibu tiru pernah menghadapi kesulitan hal ini (atau setidaknya sudah pernah menghadapi kesulitan, Ibu tiru pernah bilang).
Satu hal lagi yang kupikirkan tentang Mama. Mama selalu mengajarkan kami untuk bersikap jujur. Mama sangat tidak menyukai apa pun kalau kami berbohong. Mama punya cubitan di tangan atau telinga yang bisa membuatku menangis hingga sore, dan Mama tidak akan memujanya.
Ma.......Sekarang harus tiba lagi Natal. Doa-doalah yang selalu Ayah ajakkan untuk Saya dan adik kaka, seluruhnya itu tetap hidup di dalam septiap hati Saya. Meskipun tubuh Ayah sudah tidak berada di samping Saya lagi, Saya tetap merasa Ayah ada di sekitar. Ada panas cinta Ayah yang tidak pernah pudar.
Ibu, terima kasih Ibu, buat semua kasih sayang dan pelajaran hidup yang Bapak tinggalkan. Saya tidak akan pernah lupa. Semoga Bapak tenang di sisi Allah, dan suatu saat nanti, kita bertemu lagi.
Kupang, 16 Desember 2024
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Posting Komentar